MAKALAH
PSIKOLOGI SOSIAL
Kognisi
Sosial
Dosen
Pengampu : Bq. Shofa Ilhami, MA.
OLEH
KELOMPOK: III
1.
SALMAN
MULIADI
2.
FUJI
RAHMATULLOH
3.
ERMAWATI
PROGRAM STUDI
PGSD (PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR)
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP HAMZANWADI
SELONG )
TAHUN
2014 / 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt,
karena atas segala rahmat dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “kognisi sosial ” dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun dan dipersiapkan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi sosial dan untuk memberikan wawasan kepada para
pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari
kekurangan dan keterbatasan kami, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari segenap pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian, kami ucapkan
terima kasih.
Kelayu,
7 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C.
Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
A. Kognisi
soial .................................................................................................... 2
B. Skema
sosial ..................................................................................................... 2
C. Heuristik
.......................................................................................................... 6
D. Sumber
kesalahan atau bias dalam kognisi sosial ............................................ 10
E. Pemerosesan
otomatis ...................................................................................... 11
F. Afek
dan kognisi.............................................................................................. 11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari. Kita,
tidak pernah terlepas dari sebuah tindakan baik itu tindakan yang bersifat
rasional maupun irasional. Yang sama-sama dituntun oleh pemikirannya apa yang
diyakini dan apa yang diantisipasinya.
Bagaimanapun
anehnya perilaku manusia, suku, atau bangsa, perilaku mereka membawa makna
sendiri bagi mereka. Serta berupaya membentuk dunianya sendiri yang bermakna
bagi dirinya, dan di dalam dunia tersebut ia mengklasifikasikan dan menyusun
objek-objek yang banyak sekali, dan orang lain termasuk diantara objek-objek
tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sir Frederick Bartlett “ reaksi
kognitif manusia yakni reaksi dalam persepsi, imajinasi, berfikir, dan pertimbangan
akal sehat cocok bila dibahas sebagai suatu upaya yang terjadi sesudah
timbulnya maksud.”
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian kognisi sosial?
2.
Bagaimana skema
dalam kognisi sosial ?
3.
Bagaimana
peranan heuristik dalam kognisi sosial ?
4.
Apa saja sumber
kesalahan dalam kognisi sosial?
5.
Bagaimana
pmrosesan otomatis ?
6.
Bagaimana
pengaruh Afek terhadap Kognisi atau sebaliknya ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa pengertian kognisi sosial?
2.
Untyuk
mengetahui bagaimana skema dalam kognisi sosial ?
3.
Untyuk mengetahui
bagaimana peranan heuristik dalam kognisi sosial ?
4.
Untuk
mengetahui apa saja sumber kesalahan dalam kognisi sosial?
5.
Untuk
mengetahui bagaimana pmrosesan otomatis ?
6.
Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh Afek terhadap Kognisi atau sebaliknya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kognisi Sosial
Kognisi social adalah tata cara di mana kita
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang
dunia social. Kognisi social dapat terjadi secara otomatis. Contonya, saat kita
melihat seseorang dari suatu ras tertentu (Cina, misalnya), kita seringkali
secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat
tertentu. Kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu
hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita
merasa).
A.
Skema
Komponen dasar kognisi social adalah skema (schema). Skema adalah sruktur mental yang membantu
kita mengorganisasi informasi social, dan menuntun pemrosesannya. Skema
berkisar pada suatu subyek atau tema tertentu.. dalam otak kita, skema itu
seperti scenario, yang memiliki alur. Skema di otak kita terbenuk berdasarkan
pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain.
Contohnya, skema kita tentang McD membuat kita tau bagaimana cara untuk makan
di McD sehingga begitu kita datang ke McD kita langsung ke kasir untuk memesan
makanan. Skema yang kita miliki akan mempengaruhi sikap kita pada sesuatu.
Skema menimbulkan efek yang kuat terhadap 3 proses dasar: perhatian atau atensi (attention),
pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval).
Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer
& Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan
sebagai penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan
lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok
dengan skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu
sangat ekstrem. Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam
ingatan—informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam
ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi
apa yang paling siap untuuk diingat—secara umum, orang melaporkan informasi
yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak
konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.
Pemrosesan
informasi social
1. Skema
sebagai organiser kognitif
Kemampuan
untuk mempersepsi orang lain secara akurat dan menafsirkan prilaku mereka
adalah kemampuan yang sangat diperlukan bagi manusia. Tetapi tak seorangpun
dari kita memiliki waktu energy yang tak terbatas untuk mengevaluasi secara
cermat pada tiap-tiap individual yang baru kita jumpai.
Karena
konfleksitas dari lingkungan social yang kita hadapi, maka kita harus selektif
dengan apa yang kita perhatikan, pelajari dan kita ingat. Untuk mempermudah dan
mempercepat pemrosesan informasi social, individu biasanya akan menggunakan
skema. Konsep skema(schema) untuk menggambarkan bagaimana informasi social
dipersepsi dan diorganisasikan secara selektif dan ingatan. Kategorisasi obyek,
pengalaman dan orang adalah proses dasar manusia. Teori-teori telah mengatakan bahwa
orang lebih suka mengkategorisasikan atau mengkelompokkan orang lain, karena
dengan cara ini akan lebih mudah efisien daripada memahami atribut demi atribut
(ciri-ciri) orang lain(brigham, 1991).
Kategorisasi atau pengelompokan orang, kebanyakan berdasarkan pada karakteristik yang Nampak
atau menonjol seperti jenis kelamin, ras, usia, penampilan, keanggotaan
kelompok,pekerjaan dan prilaku. Skema adalah penting dalam proses kategorisasi,
sebab akan mengarahkan perhatian kita pada informasi yang relevan, member suatu
struktur untuk mengevaluasi informasi dan memberikan kategorisasi pada ingatan.
Ada
4 jenis skema yaitu:
a. Self
schemaberisi informasi tentang karakteristik yang dimiliki diri sendiri.
Self-schema ini menurut Nasby (1989) berfungsi (a) mengorganisasikan
ingatan-ingatan yang abstrak dan kongkrit tentang diri sendiri, dan (b)
mengendalikan pemrosesan informasi yang relevan atau berkaitan dengan diri.
b. Person
scehmas berisi informasi tentang tipikal orang dan bermanfaat untuk
mengkategorisasikan orang lain, ingatan perilaku yang relevan dengan skema
mereka dan juga berisi prototype-prototype (sejumlah cirri-ciri tentang
seseprang yang dihubungkan dengan keanggotaanya dalam suatu kelompok/kategori
(brigham, 1991). Ada juga skema pribadi
orang yang secara khusus difokuskan pada
jenis manusia. Misalnya skema kita tentang seorang yang “terbuka” dapat
mencakup unsur-unsur semacam “bersemangat, “mudah bergaul”,”antusias” dan
“percaya diri sendiri” (cantor & mischel,1977). Jenis skema semacam ini disebut
sebagai teori kepribadian implicit karena ia nampak sebagai sebuah teori
mengenai cirri-ciri apa yang sesuai dengan ciri lainya, dan ciri mana yang
tidak sesuai. Jika kita mendengar seseprang mengatakan bahwa Susi “besemangat”,
orang itu berkesimpulan bahwa dia mudah bergaul dan percaya diri sendiri
meskipun tidak terdapat informasi mengenai dirinya. Jadi teori kepribadian implicit merupakam jaringan
hubungan yang diperkirakan ada antara berbagai ciri. Skema lain difokuskan
kepada kelompok. Yang paling terkenal ialah stereotip kelompok, yang memberikan
ciri khusus kelompok orang tertentu.
c. Skema
peran (role schemas) yaitu skema yang
berisi konsep tentang norma-norma dan perilaku yang cocok atau pantas bagi
orang-orang tertentu dari berbagai kategori social atau posisi/status (missal,
ras, gender, usia, pekerjaan, dsb.). skema ini melibatkan cara kita
mengharapkan orang-orang untuk melakukan tindakan ketika mereka memainkan peran
tertentu.
d. Skema
kejadian atau naskah (event schemas or scripts) berisi pengetahuan tentang tipe
urutan kejadian atau situasi social (suatu pesta, pertandingan sepakbola,
wawancara pekerjaan). Skema ini akan membantu kita dalam memahami dan mengigat
beberapa kejadian (brigham,1991).
2. Keuntungan
pemrosesan skematis.
Menurut sears, dkk. (1999), pemrosesan
skematis memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
a. Skema
dapat membantu ingatan sebab ingatan sering kali bekerja paling baik jika kita dapat mengulang
beberapa wakil skematik kejadian atau orang dari masa lalu, karena skema dapat
membawa banyak rician bersamanya.
b. Kecepatan
pemrosesan seringkali ditingkatkan melalui skema yang relevan, hal ini terjadi
terutama jika informasinya kosisten dengan skema. Sebab dalam beberapa
kasus,mengulang ingatan skema akan memperlambat kelancaran karena
diperkenalkannya informasi yang jauh lebih rumit.
c. Skema
dapat membantu kita mengisi informasi yang tercecer seandainya terdapat kesenjangan
di dalam pengetahuan kita.kalau kita membaca kartu identitas seorang polisi
tetapi tidak ada keterangan keterangan mengenai pakainya, maka kita
membayangkan dirinya mengenakanseragam berwarna coklat, cara berjalannya yang
tegap dan gagah. Kita membayangkan perawat sebagai pribadi yang hangat dan
penuh perhatian. Biasanya informasi yang tercecer digantikan rincian yang
konsisten dengan skema, meskipun kita harus mengarangnya. Dengan demikian,
skema juga membantu kita menginterprestasikan informasi baru.
d. Skema
juga memberikan harapan normative mengenai apa yang akan terjadi. Sebaliknya
pengharapan itu dapat menetukan apakah suatu situasi menyenangkan atau tidak
menurut kita.
3.
Skema juga memiliki kelemahan (segi negative).
Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan
kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita
terhadap dunia social. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan
prasangka, dalam pembentukan satu komponen dasar pada stereotip tentang
kelompok-kelompok social tertentu. Skema seringkali sulit diubah, skema
memiliki efek bertahan (perseverance
effect), tidak berubah
ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skema bisa
memberikan efek pemenuhan harapan diri
(self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia social yang kita
alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh efek bertahan,
ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan berkata, “kamu
hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling
prophecy) , ramalan yang membuat ramalan itu
sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang
menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang
positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini menurun. Stereotip tidak
hanya memiliki pengaruh namun bisa melalui efek pemaastian
dirinya, stereotip juga membentuk realitas social.
B.
Heuristics
Pemrosesan
informasi social dengan menggunakan skema dapat disebut sebagai strategi
heuristics. Heuristics adalah mempersingkat atau memotong proses mental menjadi
lebih pendek dan merupakan strategi yang digunakan orang untuk keluar dari
lingkungan yang kompleks. Manfaat dari strategi ini adalah kita dapat
pemrosesan informasi dengan cepat dan efisien. Jika kita tidak dapat
melakukannya, kita dapat teperangkap pada situasi “cognitif
overload”.yaitus terlalu berlimpahnya stimulasi perceptual yang menerpa kita
sehair-hari sehingga seakan- akan merasa di bombaardir. Strategi heuristics
membuat lebih mudah bagi kita untuk mminta atau memanggil skema yng relevan
untuk memproses informasai yang kompleks, tidak laegkap dan
ambigous(samar-samar) .strategis ini akan menjadi sangat bermanfaat jika
menjadi proses yang secara masuk akal sehingga akan membolehkan kita menempuh
cara yang cepat dan sederhana untuk menghadapi atau menyesuaikan dengan
informasi sosial. Tetapi sayang,dalam beberapa kasus strategis heuristic
mendorong pemerosesan informasi menjadi tersesat(bias) tidak akurat.
Tipe-tipe
strategis heuristics
Ada berbagai jenis
strategis heuristics yang pada umumnya digunakan
oleh individu. Yaitu:
a. The
representatiiveness seuristics
Ketika
harus menilai orang lain,biasanya yang kita lakukan adlah dengan
mempertimbangkan dahulu apakah orang tersebut termasuk kategori kelompok
tertentu dengan mencocokkan kesamaan dia
dengan skema kita tentang tip anggota kelompok(prototype). Kita memasangkan
atau mencocokkan informasi dari lingkungan (penampilan orang)dengan kema kita
untuk menentukan apakah orang itu representatif atau mewakili skema itu. Misal
,pada asuatu pesta ani memperhatikan budi ,seorang pria dimana sebelumnya ia
tak pernah bertemusedang berbicara dengan beberapa temannya. Dia bertanya dalam
hati,apakah budi seorang pria yang baik hati. Dia mungkin akan mengecek melalui
karastristik yang nampak,seperti penampilan dan perilakunya,kemudian ia
cocokkan dengan skemanya tentang pria yang baik . jika ada suatu kecocokan,
skematentang orang baik akan dipanggil dan dia mungkin beranggapan bahwa budi
memiliki karastristik lain yang ada dalam skemanya. Strategis
representatiiveness heuristicsini membuat kita dapat mengklaripikasikan orang
dengan cepat dan tanpa susah payah,tetapi hal ini dapat membimbing pada
kesalahan. Sebab barang kali budi tidak
memiliki kebaikan dan ini hanya kejadian yang kebetulan saja bahwa
penampilannya cocock dengan skema ani tentang orang baik. Atau barangkali budi
baik, tetapi sebenarnya tidak memiliki karastristik lain sebagaimana
yang tercakup dalam skema ani. Penggunaan yang berlebihan dari strategi ini dapat membimbing pada stereotype.
b. The
availability heuristics
Strategi
ini biasanya digunakan saat kita harus mengestimasi kemungkinan-kemungkinan
suatu kejadian. Ketika menjawab
pertanyaan : berapa sering ? brapa banyak ? kita denga cepat menggunakan sampel
informasi yang dengan siap/tersedia dalam ingatan kita untuk melihat beberapa
banyak contoh yang ada didalamnya.
Proses
ini akan menghasilkan jawaban yang akurat slama informasi dalam ingatan adalah
secara masuk akal cukup representatif . bisa jadi sampel kejadian ituhanya
kecil, dan kemudaian itu yang anda simpan dalam ingatan dan menjadi
skema,sehingga anda hanya akan mengingat kejadian yang konsisten dengan skema
itu. Misal : untuk memutuskan kemungkinan terjadinnya kecelakaan naik sepeda
motor dijalan. Mungkin anda memiliki contoh (sampel) kejadian sahabat anda yang
mengalami kecelakaan sewaktu naik sepeda motor, sehingga anda menyimpulkan
resiko untuk mendapat kecelakan
kemungkinan besar akan terjadi. Akibat jika rentangan informasi yang tersedia
hanya sedikit, maka pengguna srategi availability heuristics ini dapat membimbing
pada estimasi yang sesat (bias) tentang tingkat resiko yang diputuskan. Hal ini
disebabkan dari sampel kejadian yang kecil kemudian digeneralisasikan sehingga
terjadi overestimasi.
c. Anchoring
heuristics
Ketika
kita harus membuat suatu keputusan tentag kejadian yang tidak familiar atau
tidak kita kenal,orang biasanya menggunakan informasi yang ada tentang suatu
kejadian yang menggunakan informasi yang ada tentang suatu kejadian yang mirip
sebagai suatu jangkar atau kerangka acuan,kemudian menyesuiakan keputuan mereka
jika situasi itu nampaknya membenarkan.
Pada persepsi sosial, self (diri sendiri) biasanya
digunakan sebagai acuan. Apakah temanmu ali popular ? cara yang termudah untuk
membuat keputusan ini adalah membandingkan popularitasnya dengan
dirimu,menggunakan popularitas yang kamu miliki sebagai acuannya.jika kamu
berfikir bahwa dia sepopuler kamu(sama dengan acuan), maka kamu akan
menempatkan ali termasuk dalam kategori
“popular”. Proses ini tidak selalu menghasilkan keputusan yang akurat.
Riset
membuktiakan bahwasekali seseorang telah menetapkan suatu acuan,mereka pada
umumnya tidak akan menyesuaikan keputusan yang jauh dari acuan itu, yang
seharusnya mereka mengambil keputusan demi akurasi (quattrone,1985). Bahkan
riset lain menunjukkan bahwa kesesatan (bias) akibat menggunakan anchoring
heuristics dapat mempengaruhi keputusan tentang self-efficacy dan perilakau
selanjutnya(brigham ,1991).
Kerugian-Kerugian
Menggunakan Heuristics : Biases Dan
Errors
Meskipun heuristics mempercepat pemerosesan
informasi sosial tetapi tidak salalu baik hasilnya, bahkan kadang-kadang membimbing kita untuk
mmproses informasi secara tidak layak.
Beberapa kesalahan yang umum terjadai dalam
pemerosesan informasi sosial yaitu :
1.
Generalization fallacies
Ada
beberapa potensi sumber informasi yag memiliki atausesuatu hal seperti
pengalaman pribdai,observasai dari teman dn informasi dari kelompok besar orang
yang berkumpul melalui riset dansurvey. Secara logis ,daata atau informasi yang
diproleh dari beberapa orang seharusnyalebih akurat daripada yang diproleh dari sedikit sumber (diri sendiri atau seorang
teman). Tetapi informasi yang bersal dari pengalaman pribdai addalah secara
kognitif dapat dengan mudah
diperoleh,lebih jelas,konkrit dan barangkali
karena menggunakan availability heuristics, orang menjadi cendrung
memberi penilaian yang terlalu berlebihan (overvalue) terhadp informasi yang
berasal dari kasus-kasus individual an menilai rendah (undervalue) terhadap
informasi umum secara statistik . kebanyakan orang cendrung melakukan
generalization fallacies yitu suatu kecendrungan untuk melakukan overgeneralisasi dari kasus- kasus individual atau dari sampel
kecil dan dari pengalaman pribadi. Bahkan walaupun mereka mungkin akurat ketika
secara khusus diminta untuk membuat suatu keputusan berdasarkan pada standar
probabilitas statistik ,tetapi kebanyakan mereka tidak mengguanakan
informasi itu (ststistical heuristics) yang sebedarnya sangat efisien untuk
menilai atau memutuskan masalah-masaalahyang mereka hadapi setiap hari .
Salah
satu kasus dari gejalaa generalization
fallacies adalah “primecy effect” yaitu penilaian atau pengambilan
keputusan kita tentang sesuatu atau perilaku yang mendasarkan pada keaasan pertama. Kesan pertama ini dapat
mnyesatkan interpressi kita terhadap informasi yang selanjutnya.
2.
Belief perseverance
Yatiu
kecendrungan untuk mengukuhi keyakinan kita bahkan ketidak dasar/asal dari keyakinan ini tidak
lengkap. Salah satu alasan mengapa oranga melakukan hal ini , karena ia
selalu menemukan tambahan alasan untuk mendukung keyakinan yang dihargainya
itu.bahkan jika keakinan itu ddiskreditkan, mereka akan menemukan alasan
tambahan untuk mendukung keyakinan itu.
3.
Central traits
Skema
tentang orang iorganisasikan dalam iimplicit personality theorities yang
berasumsi bahwa seseorang yang memiliki satu trait (ciri sifat) khusus mungkin
memiliki ciri-ciri sifat yang lainnya juga(brigham,1991). Ada beberapa ciri
yang melekat itu lebih berarti dari ciri lainnya. Contohnya pasangan ciri “
hangat-dingin” nampaknya diasosiasikan dengan sejumlahnya karastristik
lain,sedangkan pasangan “sopan-kurang sopan” pada umumnya diasosiasikan dengan
lebih sedikit karasteristik. Hasil penelitian Asch(1946) menemukan bahwa
penggantian “dingin” dengan “hangat” membuat perubahan besar dalam kesan subyek
terhadap orang lain. Sedangkan penggantian “sopan” dengan “tidak sopan” kurang
sekali menunjukkan perbedaan dalam gambaran menyeluruh subyek atas orang lain
tersebut. Ciri-ciri yang banyak diasosiasikan dengan berbagai macam karastristik dinamakan ciri
pusat (central trait). Ciri pusat ini juga merupakan satu trait yang terpenting
dalam menentukan reaksi kita pada
seseorang , sehingga ini mempengaruhi
bagaimana kita menilai mereka pada ciri-cir sifat (traits) yang diduga
berkaitan dengan ciri penting itu.
4.
Hello effect
Yaitu
kecendrungan ketika kita harus membuat keputusan tentang orang lain yang tidak
kita kenal, atau ketika kita hanya
memiliki inaformasi yang sedikit atau samar-samar, sehingga kesan umum tentang
seseorang sebagai “baik” atau “ buruk”
akan mempengaruhi perepsi kita tentang beberapa ciri (trait) yang lebih khuus
yang dimiliki orang itu (Brigham,1991).
Dengan demikian pengaruh halo terjadi karena orang yang telah dicap” baiak” selalu dikelilingi suasana
positif, dan semua kualitas baik ditujukan kepadanya. Kebaikan (apa yang
dinamakan “halo negatif” atau pengaruh “ekor bercabang”) ialah bahwaorang yang
di cap”buruk” selalu dipandang memiliki kualitas buruk(sears,freedman &
peplau,1988).
Salah
satu riset telah dilakukan oleh Nisbeet
& Wilson(1997) yang meminta orang menyaksikan suatu wawancara dengan
seorang profesor yang nampak nya menilai nada suara dan penampilan fisik
profesor menyenangkan ternyata memberi penilaian yang positif pula pada
kualitas ciri lainnya.
C.
Sumber Kesalahan Dalam Kognisi Sosial
1.
Bias negativitas
Yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative.
Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negative akan
memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh : kita diberitahu bahwa dosen yang
akan mengajar nanti adalah orang yang pandai, masih muda, ramah, baik hati,
cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita
justru terpaku pada hal yang negative dan mengabaikan hal positif.
2.
Bias optimistic
Yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat
berakhir baik. Contoh : pemerintah sering kali mengumumkan rencana yang terlalu
optimis mengenai proyek-proyek besar, jalan, bandara, dll. Dan hal ini
menyebabkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan
menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negatie dan memiliki konsekuensi
penting, tampak ia justru bersiap menghadapi hal yang buruk dan menunjukkan
kebalikan dari pola optimistic mereka
menjadi pesimis.
3.
Pemikiran konterfatual
Yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari
memikirkan “ apa yang terjadi seandainya . . . . .”. contoh : ketika selamat
dari kecelakaan pesawat, seseorang justru memikirkan bagaimana nasib keluarga
saya sepeninggalan saya ? dan pemikiran ini dapat secara kuat berpengaruh
terhadap afeksi kita.
4.
Pemikiran magis
Yaitu berfikir dengan melibatkan asumsi yang
tidak didasari alasan yang rasional. Contoh : supaya lulus ujian, seseorang
akan berdo’a terus-menerus dan memakai banyak cincin.
5.
Menekan fikiran
Yaitu usaha untuk menegah fikiran-fikiran
tertentu memasuki kesadaran. Proses ini melibatkan dua komponen yaitu : proses
pemantauan yang otomatis yang menari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak
diinginkan yang memaksa untuk munul kealam kesadaran. Ketika fikiran tersebut
terdeteksi, proses kedua akan terjadi, yaitu menegah agar fikiran tersebut
tetap berada di luar kesadaran tanpa menggangu fikiran yang lain.
Contoh:seseorang yang ikut program diet menekan fikirannya akan makanan-makanan
yang manis, berlemak, dll.
D.
Pemerosesan otomatis
Setelah berpengalaman melakukan suatu tugas kita dapat melakukan tugas itu
secara otomatis dan tanpa usaha yang besar.
Misal: naik
sepeda, berenang, menyetir mobil
E.
Afek dan Kognisi
Bahwa perasaan membentuk atau mempengaruhi
fikiran dan fikiran akan membentuk perasaan. Begitu pula dengan perasaan dan
suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek kognisi
ataupun sebaliknya. Suasana hati saat ini dapat seara kuat mempengaruhi reaksi
kita terhadap rangsang yang pertama kali kita temui. Contoh : ketika suasana
hati sedang bergembira, dan berkenalan dengan orang lain, penilaian kita
terhadap orang tersebut akan lebih baik disbanding ketika kita berkenalan
dengan suasana hati yang sedang bersedih.
Kognisi juga dapat mempengaruhi afeksi. Seperti
yang dijelaskan dalam teori dua fator (Schater : 1964) yang menjelaskan bahwa
kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga kita
menyimpulkannya dari lingkungan. Dari situasi dimana kita mengalami reaksi
internal ini. contoh: ketika kita mengalami perasaan tertentu atas kehadiran
seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh inta. Selain
itu, kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang di dalamnya
terdapat komponen afektif yang kuat. Selain itu, fikiran bisa mempengaruhi
afeksi yang melibatkan kita dalam mengatur emosi kita.
Pengaruh afek pada kognisi:
1.
Afeksi mempengaruhi persepsi terhadap peristiwa
yang ambigu. Misal dalam suatu wawancara, dalam afeksi positif orang akan
memberikan nilai lebih tinggi
2.
Mood positif membuat orang menjadi lebih
kreatif.
3.
Afeksi baik positif maupun negatif akan
mempengaruhi memori.
a. Mood-dependent
memory ( suasana hati )
yaitu apa
yang kita ingat saat berada dalam suasana hati tertentu, sebagian besar
ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika kita berada dalam
suasana hati tersebut.
b. Mood-congruence effects ( efek kesesuaian suasana hati)
yaitu
kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada
dalam suasana hati positif dan informasi negattif ketika berada dalam suasana
hati yang negative.
Efek suasana hati terhadap kognisi antara lain:
1. Penelitian Alice Isen (1970): partisipan (guru) yang
diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas dengan sangat baik (mood positif)
menunjukkan perilaku menolong lebih tinggi (memberi sumbangan) daripada
partisipan yg diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas dg sangat buruk
2. Baron (1997a) baru harum di pusat perbelanjaan meningkatkan
kesediaan untuk membantu orang yg tidak dikenal
Pengaruh kogintif terhadap afeksi antara
lain:
1.
reaksi
internal (perasaan) yang bersifat meragukan perlu dilengkapi dengan mencari
informasi eksternal (ingat teori dua faktor)
2.
orang
itu memiliki skema yang akan mempengaruhi afeksi kita. Apa yang ada dalam
pikiran kita mempengaruhi perasaan kita.
3.
Interpretasi
dan penilaian terhadap suatu kejadian akan menentukan perasaan kita. Misal:
laki-laki ditabrak perempuan cantik, akan berbeda jika yang menabrak sama-sama
laki-laki.
4.
Karena
kita memiliki harapan tertentu. Misal membeli tiket, mencari daftar nama
penumpang di sebelahnya, ada nama menarik timbul perasaan senan
5.
Karena
faktor situasi. Ada situasi tertentu yang dapat menekan pikiran tertentu
sehingga seseorang mempunyai perasaan tertentu pula. Misal dalam situasi
berkabung
BAB III
KESIMPULAN
Kognisi social adalah proses berfikir yang dilakukan
seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain.(kognisi adalah
pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita menginterpretasi,
menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social
Komponen dasar
dalam kognisi social meliputi : skema, heuristic, kesalahan dalam kognisi social,
dan afeksi dan kognisi. Skema adalah
kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat membantu kita
mengorganisasi informasi sosial dan menuntun pemrosesannya. Dalam otak kita, skema itu seperti skenario,
yang memiliki alur. Dan skema terbentuk berdasar kepada pengalaman yang pernah
dialami atau cerita dari orang lain. Heuristics
adalah mempersingkat atau memotong proses mental menjadi lebih pendek dan
merupakan strategi yang digunakan orang untuk keluar dari lingkungan yang
kompleks. Afek dan kognisi
menyatakan bahwa
perasaan membentuk atau mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk
perasaan. Begitu pula dengan perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang
kuat terhadap beberapa aspek kognisi ataupun sebaliknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bimo
walgito. Psikologi social. Yogyakarta : andi. 1978
Robert
A. Baron. Psikologi social. Erlangga. 2003
Alwisol. (2006). Psikologi
Kepribadian, edisi revisi. Malang: UMM Press
Istiqomah,
dkk, 1988. Modul 1-9: Materi Pokok Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit
Karunika
Universitas
Terbuka. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar