Selasa, 12 Mei 2015

Kognisi Sosial



MAKALAH
PSIKOLOGI SOSIAL
Kognisi Sosial
Dosen Pengampu : Bq. Shofa Ilhami, MA.

           
OLEH 
KELOMPOK: III
1.      SALMAN MULIADI
2.      FUJI RAHMATULLOH
3.      ERMAWATI


PROGRAM STUDI PGSD (PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP HAMZANWADI SELONG )
TAHUN 2014 / 2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala rahmat dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “kognisi sosial ” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
 Makalah ini disusun dan dipersiapkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi sosial  dan untuk memberikan wawasan kepada para pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari kekurangan dan keterbatasan kami, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian, kami ucapkan terima kasih.


                                                                        Kelayu, 7 Maret 2015




                                                                                                            Penyusun









DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................          i
KATA PENGANTAR.................................................................................................          ii
DAFTAR ISI................................................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................          1
A.  Latar Belakang...............................................................................................          1
B.  Rumusan Masalah...........................................................................................          1
C.  Tujuan ............................................................................................................          1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................          2
A.    Kognisi soial ....................................................................................................          2
B.     Skema sosial .....................................................................................................          2
C.     Heuristik ..........................................................................................................          6
D.    Sumber kesalahan atau bias dalam kognisi sosial ............................................          10
E.     Pemerosesan otomatis ......................................................................................          11
F.      Afek dan kognisi..............................................................................................          11
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................          14
DAFTAR PUSTAKA



 

BAB I
PENDAHULUAN   

A.    Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari. Kita, tidak pernah terlepas dari sebuah tindakan baik itu tindakan yang bersifat rasional maupun irasional. Yang sama-sama dituntun oleh pemikirannya apa yang diyakini dan apa yang diantisipasinya.
Bagaimanapun anehnya perilaku manusia, suku, atau bangsa, perilaku mereka membawa makna sendiri bagi mereka. Serta berupaya membentuk dunianya sendiri yang bermakna bagi dirinya, dan di dalam dunia tersebut ia mengklasifikasikan dan menyusun objek-objek yang banyak sekali, dan orang lain termasuk diantara objek-objek tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sir Frederick Bartlett “ reaksi kognitif manusia yakni reaksi dalam persepsi, imajinasi, berfikir, dan pertimbangan akal sehat cocok bila dibahas sebagai suatu upaya yang terjadi sesudah timbulnya maksud.”       
B.     Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian kognisi sosial?
2.       Bagaimana skema dalam kognisi sosial  ?
3.       Bagaimana peranan heuristik dalam kognisi sosial ?
4.       Apa saja sumber kesalahan dalam kognisi sosial?
5.       Bagaimana pmrosesan otomatis ?
6.       Bagaimana pengaruh Afek terhadap Kognisi atau sebaliknya ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa pengertian kognisi sosial?
2.      Untyuk mengetahui bagaimana skema dalam kognisi sosial  ?
3.      Untyuk mengetahui bagaimana peranan heuristik dalam kognisi sosial ?
4.      Untuk mengetahui apa saja sumber kesalahan dalam kognisi sosial?
5.      Untuk mengetahui bagaimana pmrosesan otomatis ?
6.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Afek terhadap Kognisi atau sebaliknya ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kognisi Sosial
Kognisi social adalah tata cara di mana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Kognisi social dapat terjadi secara otomatis. Contonya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu (Cina, misalnya), kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa).
A.    Skema
Komponen dasar kognisi social adalah skema (schema). Skema adalah sruktur mental yang membantu kita mengorganisasi informasi social, dan menuntun pemrosesannya. Skema berkisar pada suatu subyek atau tema tertentu.. dalam otak kita, skema itu seperti scenario, yang memiliki alur. Skema di otak kita terbenuk berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain. Contohnya, skema kita tentang McD membuat kita tau bagaimana cara untuk makan di McD sehingga begitu kita datang ke McD kita langsung ke kasir untuk memesan makanan. Skema yang kita miliki akan mempengaruhi sikap kita pada sesuatu.
Skema menimbulkan efek yang kuat terhadap 3 proses dasar: perhatian atau atensi (attention), pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval). Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer & Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan sebagai penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu sangat ekstrem. Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam ingatan—informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi apa yang paling siap untuuk diingat—secara umum, orang melaporkan informasi yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.
Pemrosesan informasi social
1.      Skema sebagai organiser kognitif
Kemampuan untuk mempersepsi orang lain secara akurat dan menafsirkan prilaku mereka adalah kemampuan yang sangat diperlukan bagi manusia. Tetapi tak seorangpun dari kita memiliki waktu energy yang tak terbatas untuk mengevaluasi secara cermat pada tiap-tiap individual yang baru kita jumpai.
Karena konfleksitas dari lingkungan social yang kita hadapi, maka kita harus selektif dengan apa yang kita perhatikan, pelajari dan kita ingat. Untuk mempermudah dan mempercepat pemrosesan informasi social, individu biasanya akan menggunakan skema. Konsep skema(schema) untuk menggambarkan bagaimana informasi social dipersepsi dan diorganisasikan secara selektif dan ingatan. Kategorisasi obyek, pengalaman dan orang adalah proses dasar manusia. Teori-teori telah mengatakan bahwa orang lebih suka mengkategorisasikan atau mengkelompokkan orang lain, karena dengan cara ini akan lebih mudah efisien daripada memahami atribut demi atribut (ciri-ciri) orang lain(brigham, 1991).  Kategorisasi atau pengelompokan orang, kebanyakan  berdasarkan pada karakteristik yang Nampak atau menonjol seperti jenis kelamin, ras, usia, penampilan, keanggotaan kelompok,pekerjaan dan prilaku. Skema adalah penting dalam proses kategorisasi, sebab akan mengarahkan perhatian kita pada informasi yang relevan, member suatu struktur untuk mengevaluasi informasi dan memberikan kategorisasi pada ingatan.
Ada 4 jenis skema yaitu:
a.       Self schemaberisi informasi tentang karakteristik yang dimiliki diri sendiri. Self-schema ini menurut Nasby (1989) berfungsi (a) mengorganisasikan ingatan-ingatan yang abstrak dan kongkrit tentang diri sendiri, dan (b) mengendalikan pemrosesan informasi yang relevan atau berkaitan dengan diri.
b.      Person scehmas berisi informasi tentang tipikal orang dan bermanfaat untuk mengkategorisasikan orang lain, ingatan perilaku yang relevan dengan skema mereka dan juga berisi prototype-prototype (sejumlah cirri-ciri tentang seseprang yang dihubungkan dengan keanggotaanya dalam suatu kelompok/kategori (brigham, 1991). Ada juga  skema pribadi orang  yang secara khusus difokuskan pada jenis manusia. Misalnya skema kita tentang seorang yang “terbuka” dapat mencakup unsur-unsur semacam “bersemangat, “mudah bergaul”,”antusias” dan “percaya diri sendiri” (cantor & mischel,1977). Jenis skema semacam ini disebut sebagai teori kepribadian implicit karena ia nampak sebagai sebuah teori mengenai cirri-ciri apa yang sesuai dengan ciri lainya, dan ciri mana yang tidak sesuai. Jika kita mendengar seseprang mengatakan bahwa Susi “besemangat”, orang itu berkesimpulan bahwa dia mudah bergaul dan percaya diri sendiri meskipun tidak terdapat informasi mengenai dirinya. Jadi teori  kepribadian implicit merupakam jaringan hubungan yang diperkirakan ada antara berbagai ciri. Skema lain difokuskan kepada kelompok. Yang paling terkenal ialah stereotip kelompok, yang memberikan ciri khusus kelompok orang tertentu.
c.       Skema peran  (role schemas) yaitu skema yang berisi konsep tentang norma-norma dan perilaku yang cocok atau pantas bagi orang-orang tertentu dari berbagai kategori social atau posisi/status (missal, ras, gender, usia, pekerjaan, dsb.). skema ini melibatkan cara kita mengharapkan orang-orang untuk melakukan tindakan ketika mereka memainkan peran tertentu.
d.      Skema kejadian atau naskah (event schemas or scripts) berisi pengetahuan tentang tipe urutan kejadian atau situasi social (suatu pesta, pertandingan sepakbola, wawancara pekerjaan). Skema ini akan membantu kita dalam memahami dan mengigat beberapa kejadian (brigham,1991).
2.      Keuntungan pemrosesan skematis.
Menurut sears, dkk. (1999), pemrosesan skematis memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
a.       Skema dapat membantu ingatan sebab ingatan sering kali  bekerja paling baik jika kita dapat mengulang beberapa wakil skematik kejadian atau orang dari masa lalu, karena skema dapat membawa banyak rician bersamanya.
b.      Kecepatan pemrosesan seringkali ditingkatkan melalui skema yang relevan, hal ini terjadi terutama jika informasinya kosisten dengan skema. Sebab dalam beberapa kasus,mengulang ingatan skema akan memperlambat kelancaran karena diperkenalkannya informasi yang jauh lebih rumit.
c.       Skema dapat membantu kita mengisi informasi yang tercecer seandainya terdapat kesenjangan di dalam pengetahuan kita.kalau kita membaca kartu identitas seorang polisi tetapi tidak ada keterangan keterangan mengenai pakainya, maka kita membayangkan dirinya mengenakanseragam berwarna coklat, cara berjalannya yang tegap dan gagah. Kita membayangkan perawat sebagai pribadi yang hangat dan penuh perhatian. Biasanya informasi yang tercecer digantikan rincian yang konsisten dengan skema, meskipun kita harus mengarangnya. Dengan demikian, skema juga membantu kita menginterprestasikan informasi baru.
d.      Skema juga memberikan harapan normative mengenai apa yang akan terjadi. Sebaliknya pengharapan itu dapat menetukan apakah suatu situasi menyenangkan atau tidak menurut kita.
3.      Skema juga memiliki kelemahan (segi negative).
Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia social. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan prasangka, dalam pembentukan satu komponen dasar pada stereotip tentang kelompok-kelompok social tertentu. Skema seringkali sulit diubah, skema memiliki efek bertahan (perseverance effect), tidak berubah  ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skema bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia social yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan berkata, “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy) , ramalan yang membuat ramalan itu sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini menurun. Stereotip tidak hanya memiliki pengaruh namun bisa melalui efek pemaastian dirinya, stereotip juga membentuk realitas social.



B.     Heuristics
Pemrosesan informasi social dengan menggunakan skema dapat disebut sebagai strategi heuristics. Heuristics adalah mempersingkat atau memotong proses mental menjadi lebih pendek dan merupakan strategi yang digunakan orang untuk keluar dari lingkungan yang kompleks. Manfaat dari strategi ini adalah kita dapat pemrosesan informasi dengan cepat dan efisien. Jika kita tidak dapat melakukannya, kita dapat teperangkap pada situasi “cognitif overload”.yaitus terlalu berlimpahnya stimulasi perceptual yang menerpa kita sehair-hari sehingga seakan- akan merasa di bombaardir. Strategi heuristics membuat lebih mudah bagi kita untuk mminta atau memanggil skema yng relevan untuk memproses informasai yang kompleks, tidak laegkap dan ambigous(samar-samar) .strategis ini akan menjadi sangat bermanfaat jika menjadi proses yang secara masuk akal sehingga akan membolehkan kita menempuh cara yang cepat dan sederhana untuk menghadapi atau menyesuaikan dengan informasi sosial. Tetapi sayang,dalam beberapa kasus strategis heuristic mendorong pemerosesan informasi menjadi tersesat(bias) tidak akurat.
Tipe-tipe strategis heuristics
Ada berbagai jenis strategis heuristics yang pada umumnya digunakan oleh individu. Yaitu:
a.       The representatiiveness seuristics
Ketika harus menilai orang lain,biasanya yang kita lakukan adlah dengan mempertimbangkan dahulu apakah orang tersebut termasuk kategori kelompok tertentu dengan mencocokkan kesamaan  dia dengan skema kita tentang tip anggota kelompok(prototype). Kita memasangkan atau mencocokkan informasi dari lingkungan (penampilan orang)dengan kema kita untuk menentukan apakah orang itu representatif atau mewakili skema itu. Misal ,pada asuatu pesta ani memperhatikan budi ,seorang pria dimana sebelumnya ia tak pernah bertemusedang berbicara dengan beberapa temannya. Dia bertanya dalam hati,apakah budi seorang pria yang baik hati. Dia mungkin akan mengecek melalui karastristik yang nampak,seperti penampilan dan perilakunya,kemudian ia cocokkan dengan skemanya tentang pria yang baik . jika ada suatu kecocokan, skematentang orang baik akan dipanggil dan dia mungkin beranggapan bahwa budi memiliki karastristik lain yang ada dalam skemanya. Strategis representatiiveness heuristicsini membuat kita dapat mengklaripikasikan orang dengan cepat dan tanpa susah payah,tetapi hal ini dapat membimbing pada kesalahan. Sebab  barang kali budi tidak memiliki kebaikan dan ini hanya kejadian yang kebetulan saja bahwa penampilannya cocock dengan skema ani tentang orang baik. Atau barangkali budi baik, tetapi  sebenarnya  tidak memiliki karastristik lain sebagaimana yang tercakup dalam skema ani. Penggunaan yang berlebihan  dari strategi ini  dapat membimbing pada stereotype.
b.      The availability heuristics
Strategi ini biasanya digunakan saat kita harus mengestimasi kemungkinan-kemungkinan suatu kejadian. Ketika menjawab pertanyaan : berapa sering ? brapa banyak ? kita denga cepat menggunakan sampel informasi yang dengan siap/tersedia dalam ingatan kita untuk melihat beberapa banyak contoh yang ada didalamnya.
Proses ini akan menghasilkan jawaban yang akurat slama informasi dalam ingatan adalah secara masuk akal cukup representatif . bisa jadi sampel kejadian ituhanya kecil, dan kemudaian itu yang anda simpan dalam ingatan dan menjadi skema,sehingga anda hanya akan mengingat kejadian yang konsisten dengan skema itu. Misal : untuk memutuskan kemungkinan terjadinnya kecelakaan naik sepeda motor dijalan. Mungkin anda memiliki contoh (sampel) kejadian sahabat anda yang mengalami kecelakaan sewaktu naik sepeda motor, sehingga anda menyimpulkan resiko untuk  mendapat kecelakan kemungkinan besar akan terjadi. Akibat jika rentangan informasi yang tersedia hanya sedikit, maka pengguna srategi availability heuristics ini dapat membimbing pada estimasi yang sesat (bias) tentang tingkat resiko yang diputuskan. Hal ini disebabkan dari sampel kejadian yang kecil kemudian digeneralisasikan sehingga terjadi overestimasi.
c.       Anchoring heuristics
Ketika kita harus membuat suatu keputusan tentag kejadian yang tidak familiar atau tidak kita kenal,orang biasanya menggunakan informasi yang ada tentang suatu kejadian yang menggunakan informasi yang ada tentang suatu kejadian yang mirip sebagai suatu jangkar atau kerangka acuan,kemudian menyesuiakan keputuan mereka jika situasi itu nampaknya membenarkan.
Pada  persepsi sosial, self (diri sendiri) biasanya digunakan sebagai acuan. Apakah temanmu ali popular ? cara yang termudah untuk membuat keputusan ini adalah membandingkan popularitasnya dengan dirimu,menggunakan popularitas yang kamu miliki sebagai acuannya.jika kamu berfikir bahwa dia sepopuler kamu(sama dengan acuan), maka kamu akan menempatkan ali  termasuk dalam kategori “popular”. Proses ini tidak selalu menghasilkan keputusan yang akurat.
Riset membuktiakan bahwasekali seseorang telah menetapkan suatu acuan,mereka pada umumnya tidak akan menyesuaikan keputusan yang jauh dari acuan itu, yang seharusnya mereka mengambil keputusan demi akurasi (quattrone,1985). Bahkan riset lain menunjukkan bahwa kesesatan (bias) akibat menggunakan anchoring heuristics dapat mempengaruhi keputusan tentang self-efficacy dan perilakau selanjutnya(brigham ,1991).
Kerugian-Kerugian Menggunakan Heuristics : Biases  Dan Errors   
Meskipun heuristics mempercepat pemerosesan informasi sosial tetapi tidak salalu baik hasilnya, bahkan kadang-kadang membimbing kita untuk mmproses informasi secara tidak layak.
Beberapa kesalahan yang umum terjadai dalam pemerosesan informasi sosial yaitu :
1.      Generalization fallacies
Ada beberapa potensi sumber informasi yag memiliki atausesuatu hal seperti pengalaman pribdai,observasai dari teman dn informasi dari kelompok besar orang yang berkumpul melalui riset dansurvey. Secara logis ,daata atau informasi yang diproleh dari beberapa orang seharusnyalebih akurat daripada yang diproleh dari  sedikit sumber (diri sendiri atau seorang teman). Tetapi informasi yang bersal dari pengalaman pribdai addalah secara kognitif dapat  dengan mudah diperoleh,lebih jelas,konkrit dan barangkali  karena menggunakan availability heuristics, orang menjadi cendrung memberi penilaian yang terlalu berlebihan (overvalue) terhadp informasi yang berasal dari kasus-kasus individual an menilai rendah (undervalue) terhadap informasi umum secara statistik . kebanyakan orang cendrung melakukan generalization fallacies yitu suatu kecendrungan  untuk melakukan overgeneralisasi  dari kasus- kasus individual atau dari sampel kecil dan dari pengalaman pribadi. Bahkan walaupun mereka mungkin akurat ketika secara khusus diminta untuk membuat suatu keputusan berdasarkan  pada standar  probabilitas statistik ,tetapi kebanyakan mereka tidak mengguanakan informasi itu (ststistical heuristics) yang sebedarnya sangat efisien untuk menilai atau memutuskan masalah-masaalahyang mereka hadapi setiap hari .
Salah satu kasus dari gejalaa generalization  fallacies adalah “primecy effect” yaitu penilaian atau pengambilan keputusan kita tentang sesuatu atau perilaku yang mendasarkan pada  keaasan pertama. Kesan pertama ini dapat mnyesatkan interpressi kita terhadap informasi yang selanjutnya.
2.      Belief perseverance
Yatiu kecendrungan untuk mengukuhi keyakinan kita bahkan ketidak dasar/asal dari keyakinan ini tidak  lengkap. Salah satu alasan mengapa oranga melakukan hal ini , karena ia selalu menemukan tambahan alasan untuk mendukung keyakinan yang dihargainya itu.bahkan jika keakinan itu ddiskreditkan, mereka akan menemukan alasan tambahan untuk mendukung keyakinan itu.
3.      Central traits
Skema tentang orang iorganisasikan dalam iimplicit personality theorities yang berasumsi bahwa seseorang yang memiliki satu trait (ciri sifat) khusus mungkin memiliki ciri-ciri sifat yang lainnya juga(brigham,1991). Ada beberapa ciri yang melekat itu lebih berarti dari ciri lainnya. Contohnya pasangan ciri “ hangat-dingin” nampaknya diasosiasikan dengan sejumlahnya karastristik lain,sedangkan pasangan “sopan-kurang sopan” pada umumnya diasosiasikan dengan lebih sedikit karasteristik. Hasil penelitian Asch(1946) menemukan bahwa penggantian “dingin” dengan “hangat” membuat perubahan besar dalam kesan subyek terhadap orang lain. Sedangkan penggantian “sopan” dengan “tidak sopan” kurang sekali menunjukkan perbedaan dalam gambaran menyeluruh subyek atas orang lain tersebut. Ciri-ciri yang banyak diasosiasikan dengan  berbagai macam karastristik dinamakan ciri pusat (central trait). Ciri pusat ini juga merupakan satu trait yang terpenting dalam menentukan reaksi kita pada  seseorang , sehingga ini mempengaruhi  bagaimana kita menilai mereka pada ciri-cir sifat (traits) yang diduga berkaitan dengan ciri penting itu.
4.      Hello effect
Yaitu kecendrungan ketika kita harus membuat keputusan tentang orang lain yang tidak kita kenal, atau ketika kita hanya memiliki inaformasi yang sedikit atau samar-samar, sehingga kesan umum tentang seseorang  sebagai “baik” atau “ buruk” akan mempengaruhi perepsi kita tentang beberapa ciri (trait) yang lebih khuus yang dimiliki orang itu (Brigham,1991). Dengan demikian pengaruh halo terjadi karena orang yang telah  dicap” baiak” selalu dikelilingi suasana positif, dan semua kualitas baik ditujukan kepadanya. Kebaikan (apa yang dinamakan “halo negatif” atau pengaruh “ekor bercabang”) ialah bahwaorang yang di cap”buruk” selalu dipandang memiliki kualitas buruk(sears,freedman & peplau,1988).
Salah satu riset telah dilakukan oleh Nisbeet & Wilson(1997) yang meminta orang menyaksikan suatu wawancara dengan seorang profesor yang nampak nya menilai nada suara dan penampilan fisik profesor menyenangkan ternyata memberi penilaian yang positif pula pada kualitas ciri lainnya.
C.    Sumber Kesalahan Dalam Kognisi Sosial
1.      Bias negativitas
Yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative. Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negative akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh : kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang pandai, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negative dan mengabaikan hal positif.
2.      Bias optimistic
Yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik. Contoh : pemerintah sering kali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai proyek-proyek besar, jalan, bandara, dll. Dan hal ini menyebabkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negatie dan memiliki konsekuensi penting, tampak ia justru bersiap menghadapi hal yang buruk dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic  mereka menjadi pesimis.
3.      Pemikiran konterfatual
Yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “ apa yang terjadi seandainya . . . . .”. contoh : ketika selamat dari kecelakaan pesawat, seseorang justru memikirkan bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya ? dan pemikiran ini dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita.
4.      Pemikiran magis
Yaitu berfikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh : supaya lulus ujian, seseorang akan berdo’a terus-menerus dan memakai banyak cincin.
5.      Menekan fikiran
Yaitu usaha untuk menegah fikiran-fikiran tertentu memasuki kesadaran. Proses ini melibatkan dua komponen yaitu : proses pemantauan yang otomatis yang menari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untuk munul kealam kesadaran. Ketika fikiran tersebut terdeteksi, proses kedua akan terjadi, yaitu menegah agar fikiran tersebut tetap berada di luar kesadaran tanpa menggangu fikiran yang lain. Contoh:seseorang yang ikut program diet menekan fikirannya akan makanan-makanan yang manis, berlemak, dll.
D.    Pemerosesan otomatis
Setelah berpengalaman melakukan suatu tugas kita dapat melakukan tugas itu secara otomatis dan tanpa usaha yang besar.
Misal: naik sepeda, berenang, menyetir mobil

E.     Afek dan Kognisi
Bahwa perasaan membentuk atau mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk perasaan. Begitu pula dengan perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek kognisi ataupun sebaliknya. Suasana hati saat ini dapat seara kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsang yang pertama kali kita temui. Contoh : ketika suasana hati sedang bergembira, dan berkenalan dengan orang lain, penilaian kita terhadap orang tersebut akan lebih baik disbanding ketika kita berkenalan dengan suasana hati yang sedang bersedih.
Kognisi juga dapat mempengaruhi afeksi. Seperti yang dijelaskan dalam teori dua fator (Schater : 1964) yang menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan. Dari situasi dimana kita mengalami reaksi internal ini. contoh: ketika kita mengalami perasaan tertentu atas kehadiran seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh inta. Selain itu, kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang di dalamnya terdapat komponen afektif yang kuat. Selain itu, fikiran bisa mempengaruhi afeksi yang melibatkan kita dalam mengatur emosi kita.
Pengaruh afek pada kognisi:
1.       Afeksi mempengaruhi persepsi terhadap  peristiwa yang ambigu. Misal dalam suatu wawancara, dalam afeksi positif orang akan memberikan nilai lebih tinggi
2.      Mood positif membuat orang menjadi lebih kreatif.
3.      Afeksi baik positif maupun negatif akan mempengaruhi memori.
a.       Mood-dependent memory ( suasana hati )
yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam suasana hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika kita berada dalam suasana hati tersebut.
b.      Mood-congruence effects ( efek kesesuaian suasana hati) 
yaitu kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana hati positif dan informasi negattif ketika berada dalam suasana hati yang negative.
Efek suasana hati terhadap kognisi antara lain:
1.      Penelitian Alice Isen (1970): partisipan (guru) yang diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas dengan sangat baik (mood positif) menunjukkan perilaku menolong lebih tinggi (memberi sumbangan) daripada partisipan yg diberitahu bahwa mereka mengerjakan tugas dg sangat buruk
2.      Baron (1997a) baru harum di pusat perbelanjaan meningkatkan kesediaan untuk membantu orang yg tidak dikenal
 Pengaruh kogintif terhadap afeksi antara lain:
1.      reaksi internal (perasaan) yang bersifat meragukan perlu dilengkapi dengan mencari informasi eksternal (ingat teori dua faktor)
2.      orang itu memiliki skema yang akan mempengaruhi afeksi kita. Apa yang ada dalam pikiran kita mempengaruhi perasaan kita.
3.      Interpretasi dan penilaian terhadap suatu kejadian akan menentukan perasaan kita. Misal: laki-laki ditabrak perempuan cantik, akan berbeda jika yang menabrak sama-sama laki-laki.
4.      Karena kita memiliki harapan tertentu. Misal membeli tiket, mencari daftar nama penumpang di sebelahnya, ada nama menarik timbul perasaan senan
5.      Karena faktor situasi. Ada situasi tertentu yang dapat menekan pikiran tertentu sehingga seseorang mempunyai perasaan tertentu pula. Misal dalam situasi berkabung
















BAB III
KESIMPULAN
Kognisi social adalah proses berfikir yang dilakukan seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain.(kognisi adalah pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social
Komponen dasar dalam kognisi social meliputi : skema, heuristic, kesalahan dalam kognisi social, dan afeksi dan kognisi. Skema adalah kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat membantu kita mengorganisasi informasi sosial dan menuntun pemrosesannya.  Dalam otak kita, skema itu seperti skenario, yang memiliki alur. Dan skema terbentuk berdasar kepada pengalaman yang pernah dialami atau cerita dari orang lain. Heuristics adalah mempersingkat atau memotong proses mental menjadi lebih pendek dan merupakan strategi yang digunakan orang untuk keluar dari lingkungan yang kompleks. Afek dan kognisi menyatakan bahwa perasaan membentuk atau mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk perasaan. Begitu pula dengan perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek kognisi ataupun sebaliknya.










DAFTAR PUSTAKA
Bimo walgito. Psikologi social. Yogyakarta : andi. 1978
Robert A. Baron. Psikologi social. Erlangga. 2003
Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian, edisi revisi. Malang: UMM  Press
Istiqomah, dkk, 1988. Modul 1-9: Materi Pokok Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Karunika
Universitas Terbuka. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar