Selasa, 12 Mei 2015

TERBENTUKNYA BAHAN TAMBANG SECARA GEOLOGIS DI SUMBAWA



TUGAS MATA KULYAH
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN SAISNS SD
DOSEN PENGAMPU: SYAHRUDDIN AMIN, M.Pd

OLEH
SITI NURJANNAH
12110167
V/D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN HAMZANWADI SELONG
TAHUN 2014/2015


TERBENTUKNYA BAHAN TAMBANG SECARA GEOLOGIS
DI SUMBAWA
A.    GAMBARAN UMUM
Kerak bumi terbagi menjadi lempeng-lempeng tektonik yang besar dan kecil. Di beberapa tempat, lempeng-lempeng tersebut bergerak saling menjauh dan di beberapa tempat lain bergerak saling mendekat dan bertabrakan.
Di daerah yang lempengnya saling menjauh akan menimbulkan bahan lelehan dari dalam bumi melalui retakan-retakan, kemudian mendingin dan membentuk batuan basalt. Berpisahnya lempeng-lempeng bumi ini terjadi jauh di bawah laut, batuan basalt yang timbul kemudian membentuk punggungan tengah samudra. Semakin banyak lelehan yang membentuk basalt, lempeng-lempeng tektonik semakin jauh terpisah, hal ini menyebabkan melebarnya dasar samudra.
Diantara benua Australia dan Antartika terdapat punggungan tengah samudra. Punggungan ini melebar sebesar 6 – 7,5 cm pertahun. Pelebaran dasar samudra ini mendorong lempeng india-Australia ke arah utara sehingga bertabrakan dengan lempeng Eurasia. Peristiwa ini dimulai sekitar 25 juta tahun yang lalu dan terus berlanjut hingga sekarang.
Lempeng India-Australia menunjam kebawah lempeng Eurasia membentuk pegunungan himalaya, busur gunung api di indonesia, parit Sunda dan Jawa, serta dataran tinggi Papua Nugini. Australia bagian utara condong ke arah bawah sehingga membentuk teluk Carpentaria, laut Timor, serta laut arafuru.
Pegunungan dibentuk oleh lempeng tektonik. Rantai pegunungan besar dapat mempengaruhi sirkulasi udara rentang gunung yang dibentuk oleh lempeng tektonik.
Ketika pinggiran lempeng India-australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia, lempeng tesebut menunjam jauh ke dalam bumi di bawah indonesia. Suhu yang sangat tinggi telah meledakan  pinggiran lempeng sehingga menghasilkan magma. Di banyak tempat magma ini kemudian muncul melalui retakan di permukaan bumi dan membetuk gunung-gunung api. Busur gunung api di indonesia terbentuk dengan cara tersebut. Gempa bumi sering terjadi pada kawasan ini karena lempeng samudra mengeluarkan tekanan saat menunjam ke bawah lempeng benua. Gunung api yang terbentuk akibat proses itu di sebut gunung api andesit. Gunung api andesit bersifat mudah meletus secara tak terduga.
Beberapa gunung api di indonesia yang sangat berbahaya letusannya adalah gunung Tambora di pulau Sumbawa yang meletus tahun 1815, gunung Krakatau yang meletustahun 1883, gunung Kelud yang meletus tahun 1919, gunung Merapi yang meletus tahun 1930, gunung Agung yang meletus tahun 1962 dan 1963, serta gunung Galunggung yang meletus tahun 1982.
Secara geologis Indonesia ada pada pertemuan tiga lempeng bumi yaitu Eurasia, Samudera Pasifik dan dan Indo-Australia. Ketiga  lempeng  itu bergerak aktif, kecepatan dan arah berbeda dalam kisaran beberapa cm  sampai 12 cm per  tahun. Pergerakan  ini menimbulkan pergeseran  lempeng tektonik pada batas lempeng yang berada di selatan Pulau Jawa sampai selatan Bali dan NTT. Daerah yang berada  di  sepanjang  pantai  selatan  pulau  jawa  sampai  selatan  Bali  dan  NTT  rawan  dan  beresiko  terjadi gelombang  tsunami karena daerah  tersebut berada pada pertemuan  lempeng benua, yakni  lempeng Eurasia dan indo-australia yang kerap menimbulkan gempa. Sejalan  dengan  teori  di atas  rentetan  bencana  alam  khususnya  gempa bumi  tektonik  terus  melanda Kepulauan Nusa Tenggara khususnya pulau Sumbawa. Tercatat  tidak kurang dari 10  (sepuluh) kali  terjadi gempa tektonik di pulau Sumbawa dengan kekuatan > 5 skala Richter dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal ini membuat timbulnya lipatan dan patahan yang membuat bumi tidak merata.
Pergerakan yang berasal dari tenaga endogen ini mengakibatkan sebuah siklus batuan dalam peroses pergeseran lempeng. Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Sikklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala-gejala atau kejadian-kejadian alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).
1.   Batas Transform.
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).
2.   Batas Divergen.
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
3.   Batas Konvergen.
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan  zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.



Dari ketiga batas lempeng yang mendukung adanya siklus batuan di bumi ini. Setiap daratan atau negara atau benua di dunia di batasi oleh lempeng yang berbeda-beda. Dikarenakan sifatnya dinamis dan kekuatan masing -masing lempeng berbeda-beda, maka terbentuk 3 batas lempeng tektonik Gempa yang terjadi di akibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Dan apabila dilihat pada daerah Indonesia yang merupakan daerah ternbanyak yang dilewati oleh titik- titik gempa yang tersebar di seluruh nusantara. Disebelah barat hingga ke selatan dari Indonesia dibatasi oleh lempeng tektonik, disebelah utara dibatasi dengan lempeng yang berbeda, dan dibagian timur dibatasi dengan lempeng yang berbeda pula. Jadi Indonesia dibatasi oleh 3 lempeng mayor dunia yang berbeda. Maka dari itu Indonesia memiliki titik gempa yang tersebar hampir diseluruh nusantara. Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
Indonesia terletak pada jalur gunungapi tersebut dan merupakan negara dengan jumlah gunungapi terbanyak. Pola penyebaran gunungapi menunjukkan jalur yang hampir mirip dengan pola penyebaran fokus gempa dan tipe aktivitas kegunungapiannya tergantung pada batas lempengnya. Hubungan ini menunjukkan bahwa volkanisma merupakan salah satu produk penting sistem tektonik.
Akibatnya berbagai gejala alam di Indonesia sering terjadi. Salah satunya banyak di jumpai gunung api di bagian selatan Indonesia yang merupakan buah karya dari pergerakan lempeng Indo-Australian dengan lempeng Eurasian. Jumlah gunung api di Indonesia 177 gunung api, Sert gunung api juga di temui di daerah sebagain dari pulau halmahera dan sebagian dari pulau sulawesi yang merupakan tempat pertemuan lempeng pasifik dengan lempeng eurasian.
Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat menarik. Kepentingannya terletak pada rupa buminya, jenis dan sebaran endapan mineral serta energi yang terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan ketektonikaannya. Oleh sebab itulah, berbagai anggitan (konsep) geologi mulai berkembang di sini, atau mendapatkan tempat untuk mengujinya (Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).
Meskipun Indonesia hanya meliputi sekitar 4 % dari luas daratan di Bumi, tidak ada satu negeri pun selain Indonesia yang mempunyai begitu banyak mamalia, 1/8 dari jumlah yang terdapat di dunia). Bayangkan, satu dari enam burung, amfibia, dan reptilia dunia terdapat di Indonesia; satu dari sepuluh tumbuhan dunia terdapat di Indonesia (Kartawinata dan Whitten, 1991). Indonesia juga memiliki keanekaragaman ekosistem yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara tropika lainnya. Sejarah geologi dan geomorfologinya yang beranekaragam, dan kisaran ikim dan ketinggiannya telah mengakibatkan terbentuknya banyak jenis hutan daratan dan juga hutan rawa, sabana, hutan bakau dan vegetasi pantai lainnya, gletsyer, danau-danau yang dalam dan dangkal, dan lain-lain.
Salah satu jalur timah terkaya di dunia menjulur sampai di Nusantara, daerahnya mempunyai akumulasi minyak dan gasbumi yang tergolong besar. Meskipun berumur muda, batubara Indonesia yang jumlahnya cukup besar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tak kalah pentingnya adalah endapan nikel dan kromit yang terbawa oleh tesingkapnya kerak Lautan Pasifik di beberapa wilayah di Indonesia Timur.
Bagian tertentu Indonesia sangat baik untuk dihuni. Ini tidak hanya berlaku saat ini yang memungkinkan orang dapat bercocok tanam dan memperoleh hasil yang baik karena tanah subur dan air yang berlimpah, tetapi juga pada masa lampau, sebagaimana terbukti dengan temuan fosil manusia purba di beberapa tempat di Indonesia. Maka, Indonesia penting dalam dunia paleoantropologi sebagai salah satu pusat buaian peradaban manusia di dunia. Semua kepentingan dan keunikan geologi Indonesia ini timbul karena latar belakang perkembangan tektonik wilayah Nusantara. Di sinilah wilayah tempat saling bertemunya tiga lempeng besar dunia : Eurasia - Hindia-Australia - Pasifik yang menghasilkan deretan busur kepulauan dan jajaran gunung api, tanah yang subur, pemineralan yang kaya dan khas, pengendapan sumber energi yang melimpah, dan rupabumi yang menakjubkan
(Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).
Dimana mamfaat dari lempeng ini sebagai penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar, ziolit, diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya. Belakangan panas bumi dan uranium juga masuk dalam golongan ini walaupun cara pembentukannya berbeda. (Sudradjat, 1999)
a.       Kondisi Geologi
Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (resent). di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangiang, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa.
Secara geologi Kabupaten  Sumbawa  sebagaimana  sebagian  wilayah  Indonesia terletak dalam sabuk gunung api (ring of fire). Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia, Kabupaten Sumbawa  tempat pertemuan 2  lempeng aktif  dunia  yaitu  Lempeng Indo-Australia  (bagian  selatan)  dan  Lempeng Eurasia  (bagian  utara).  Kondisi  geologis  tersebut  menyebabkan  Kabupaten Sumbawa  kaya  akan  deposit  sumberdaya  mineral  sekaligus  rawan  terhadap bencana alam.
Sumberdaya  mineral  potensial  berupa  emas  (180  ribu  m3),  tembaga (1,575  juta m3),  lempung/tanah  liat  (5,9  juta m3), batu  gamping  (274,29  juta  m3) dan marmer  (43,06  juta m3), pasir besi  (304,5 m3),  sirtu  (793  ribu m3) dan batu bangunan (269,22  juta m3). Potensi energi panas bumi  juga terdapat di  Kecamatan Maronge  dengan  potensi  6 Mwe  untuk  pemanfaatan  langsung. Potensi  angin  juga  cukup  memadai  untuk  pembangkit  listrik  skala  kecil terutama  pada  6  kecamatan  yakni  Alas  Barat  (376,177 watt),  Labuhan  Badas (612,541  watt),  Labangka  (525,177  watt),  Empang  (376,177  watt),  Plampang
(313,621 watt) dan Lape (258,415 watt). Demikian pula potensi sumberdaya air, disamping  digunakan  sebagai  air  irigasi  juga  dapat  digunakan  untuk Pembangkit  Listrik Mikro Hidro  yang  terdapat  di  16  lokasi  potensial  dengan potensi energi 3.082 Kwatt.
b.      Potensi Sumber Daya Mineral dan Energi
Sebagai hasil proses geologi yang terus berlanjut di berbagai lokasi di Kabupaten Sumbawa, telah dihasilkan berbagai jenis bahan galian, diantaranya: emas, perak, tembaga, tima, seng, pasir besi, gypsum, fosfat, krisopras, batu silika, kalsedon, oniks, kaolin dengan persediaan yang cukup banyak, namun masih dalam proses pendataan(data dari pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa).
Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui jumlah cadangan yang potensial.

PENGELOLAAN DAN DAMPAK BAHAN TAMBANG
Tailing merupakan limbah yang dihasilkan dari proses penggerusan batuan tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk diambil mineral berharganya. Setiap kegiatan pertambangan pasti menghasilkan tailing. Hal ini tidak dapat dihindari karena mineral berharga yang terkandung dalam batuan sangatlah kecil. Misalnya, dalam penambangan emas secara bawah tanah di Jawa Barat, 1 ton batuan hanya mengandung 9 gram emas (Antam, 2006). Itu artinya, seperti sebuah kelereng dalam stadion bola, kecil tapi berharga. PT Newmont Nusa Tenggara yang selanjutnya disebut PT NNT melakukan maintenance yang modern dalam melakukan kegiatan pertambangan emas dan tembaganya di Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. PT NNT menggunakan metode submarine tailing placement technique atau pembuangan tailing ke dasar laut di Samudra Hindia atau tepatnya ke parit dasar laut Senunu untuk menghindari pencemaran lingkungan yang berat jika ditempatkan di darat.
PT NNT menggunakan metode submarine tailing placement technique dengan mendasarkan analisisnya terhadap dampak lingkungan yang terjadi akibat aktivitas pertambangannya. Kegiatan pertambangan di era modern seperti sekarang mengubah paradigma yang hanya berorientasi pada pilar keuntungan ekonomi menjadi tiga pilar, yaitu orientasi ekonomi, kesejahteraan sosial, dan perlindungan lingkungan. Perlindungan lingkungan menjadi isu utama yang membuat dilema perusahaan tambang di Indonesia. Namun, PT NNT dapat menunjukkan komitmennya dalam hal konservasi lingkungan sekitar tambang. Hal ini dapat didasarkan pada dua hal berikut.
1.      Mekanisme pemurnian menggunakan physics method/proses fisika
PT NNT melakukan proses konsentrasi dan flotasi sehingga sama sekali tidak menggunakan aditif bahan kimia yang beracun dan berbahaya. Proses ini dilakukan tidak seperti proses pemisahan mineral emas dan tembaga pada unit konsentrator menggunakan sianida, arsen, ataupun merkuri sebagaimana yang lazim digunakan pada pemurnian logam emas secara kimia. Sianida dapat menyebabkan kematian langsung bila masuk ke dalam tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya, sedangkan arsen dan merkuri merupakan unsur toksik yang dapat mengendap dalam jangka waktu lama dan menyebabkan kematian di kemudian hari. Oleh karena itu, dilihat dari proses pengolahan bijihnya, penggunaan bahan kimia berbahaya dapat diminimalisir.

2.         Limbah tailing dibenamkan ke parit dasar laut Senunu
Limbah tailing yang berupa slurry atau lumpur dengan komposisi material padat berbutir halus dan air laut dibuang ke parit laut Senunu berjarak 3,2 km dari garis pantai dengan kedalaman 112 meter. Pada kedalaman ini, lumpur tailing tidak akan bisa naik ke permukaan karena pada kedalaman 100 meter merupakan lapisan termoklin, di mana suhu air laut akan turun secara drastis yang memiliki tekanan berbeda ditambah dengan massa jenis lumpur sebesar 1,3 – 2,6 gr/cc yang lebih besar dari air laut sebesar 1,43 – 2,30 gr/cc. Hal ini menyebabkan lumpur slurry akan terus-menerus mengandap di dasar laut Senunu, menyatu dengan sedimen laut lainnya yang berupa lumpur lanau lempungan. Oleh karena itu, pencemaran air laut di selatan Sumbawa Barat sepenuhnya dapat dihindari karena kontaminasi lumpur slurry tidak terjadi di permukaan.
Kegiatan pertambangan didasarkan pada jumlah kandungan mineral berharga dan lokasi yang mendukung untuk proses pemurnian dan juga penempatan limbahnya. Hal ini berbanding terbalik dengan lokasi tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat yang dikelola oleh PT Newmont Nusa Tenggara. Penambangan tembaga dan emas oleh PT NNT termasuk berkadar rendah (low grade). Setiap 1 ton batuan yang diolah, terdapat 5 kg tembaga dan hanya 0,5 kg emas yang didapat. Oleh sebab itu, PT NNT menerapkan teknologi tinggi dan peralatan yang canggih untuk mengolah batuan dengan mineral berharga berkadar rendah ini. Sedangkan, lokasi penambangannya memiliki morfologi laut yang memungkinkan untuk pembuangan limbah dengan metode submarine tailing placement technique, sebuah teknik penempatan tailing unggulan yang dianggap lebih kecil dampak dan resikonya terhadap lingkungan, dibandingkan dengan penempatan tailing di darat (Ellis, 1987). Alasan lain dilakukannya pembuangan tailing di laut dikarenakan potensi gempa di zona Ring of Fire, sebuah area di bagian selatan Indonesia dan memanjang hingga Samudra Pasifik dengan pergerakan lempeng subduksi yang besar. Bila terjadi gempa bumi, tailing yang dibuang ke danau buatan di darat dengan luas sekitar 2.310 hektar akan meratakan pemukiman penduduk. Hal ini terjadi bila PT NNT memilih membuang limbah tailing di darat daripada di laut.
Wilayah Indonesia dengan kekayaan bahan tambangnya di darat dan laut tidak akan berdaya guna bila tidak diolah. Triliunan ton mineral berharga di dalam perut bumi nusantara yang dapat menyejahterakan manusia di atasnya perlu dimaksimalkan dengan regulasi dan pengawasan yang jelas oleh pemerintah. Metode pembuangan limbah tailing memang selalu berdampak pada lingkungan sekitar, namun bukannya tidak bisa dihindari. Metode submarine tailing placement technique adalah salah satu rekayasa teknologi pertambangan yang paling efektif untuk menghindari pencemaran lingkungan akibat proses pengolahan bahan tambang. Metode yang sama dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara dengan orientasi perlindungan lingkungan. Cara ini seharusnya dapat dilakukan oleh seluruh perusahaan tambang milik negara maupun swasta. Oleh karena itu, bentuk tanggung jawab yang sangat relevan bagi perusahaan tambang di Indonesia adalah dapat melakukan proses pengolahan tambang dengan environment minimum risk sehingga tidak merampas hak untuk hidup bagi makhluk hidup di sekitarnya.
PENAMBANGAN EMAS
Emas yang diperoleh dari alam biasanya dalam dua bentuk yaitu emas yang berupa butiran-butiran halus yang biasanya diperoleh dengan cara pendulangan dan emas yang diperoleh dari batuan-batuan yang mengandung emas yang disebut bijih emas. Untuk memperoleh bijih emas diperlukan alat-alat berat untuk menghancurkan batu tersebut karena umumnya sangat keras. Selain menggunakan peralatan berat sering pula dilakukan dengan cara peledakan menggunakan bom untuk menghancurkan batuan yang mengandung emas.
Setalah batuan ini dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan bijih emas menggunakan truk, namun sebagian perusahaan menggunakan rangkaian berjalan menyerupai rel kereta api dan kabel ban. Kabel ban merupakan alat pengangkutan yang menyerupai kereta gantung, biasanya melintasi jurang yang curam menuju bagian yang lebih rendah. Salah satu peralatan yang digunakan untuk mengebor dinding tambang untuk mencari bijih emas Tambang emas yang diolah oleh perusahaan baik perusahaan asing maupun perusahaan dalam negeri merupakan emas yang diperoleh dari batuan emas atau bijih emas. Batuan yang berkualitas tinggi adalah batuan yang mengandung sekitar 30 gram emas untuk setiap ton batuan emas, namun biasanya batuan yang ditambang sekurang-kurangnya mengandung kadar emas di atas 8 gram per ton bijih emas.
Untuk emas yang diperoleh dengan cara pendulangan umumnya ditambang secara liar oleh masyarakat biasanya menggunakan raksa untuk mengendapkan butiran-butiran halus emas yang dalam air atau yang bersama lumpur. Emas yang diperoleh dengan cara ini biasanya langsung dijual tanpa diolah terlebih dahulu
Proses pengolahan emas dari bijihnya umumnya dikenal dua cara yaitu
1.      Cara kimia. Cara kimia terbagi menjadi 5 bagian utama yaitu pengecilan ukuran, pinggilingan, amalgamasi, sianidasi dan pemurnian. Namun untuk emas yang diperoleh dengan cara pendulangan umumnya langsung masuk pada tahap sianidasi kemudian dimurnikan. Bijih emas dan bentuk emas yang diperoleh dengan cara pendulangan dapat dilihat pada Gambar.
              Gambar Bijih emas dan butiran emas yang diperoleh dengan cara pendulangan
2.      Cara mekanik. Cara ini dilakukan tanpa bahan kimia. Hal ini disebabkan emas yang diperoleh telah dalam keadaan murni dengan butiran yang besar. Misalnya dengan sedikit pemanasan pada suhu rendah untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang berupa akar-akar kayu atau cukup dicuci menggunakan aquades untuk membersihkan pasir atau tanah-tanah yang masih menempel pada emas.
PENGOLAHAN BIJIH EMAS SECARA KIMIA
Bijih emas yang diperoleh berupa batuan yang sangat besar sehingga perlu dilakukan pengecilan. Setelah bijih emas dikecilkan dilanjutkan pada tahap penggilingan. Pada tahap ini biasanya dilakukan dengan sebuah alat yang disebut ballmill. Ballmill merupakan suatu penggiling dengan bola-bola besi dengan ukuran tertentu. bijih emas yang diperoleh dimasukan kemudian digiling sampai halus sehingga emas terlepas dari tanah. Setelah emas terlepas dari ikatannya dilanjutkan dengan proses pengayakan. Proses pengayakan didasarkan pada perbedaan massa jenis. Dimana emas yang memiliki massa jenis lebih besar dari tanah berada dibagian bawah, sedangkan tanah berada dibagian atas sehingga dapat dibuang.
Gambar ballmill
Hasil pengayakan ditambah air kemudian dialirkan di atas lembaran tembaga yang bagian atasnya telah diberi Hg. Aliran air menyebabkan butiran emas dan perak atau logam-logam lain melekat pada raksa sedangkan air, tanah dan kotoran-kotoran yang lain terus mengalir. Campuran emas, perak maupun logam lain ini disebut amalgam. Amalgam yang terbentuk dikumpulkan pada saat-saat tertentu untuk proses selanjutnya sedangkan Hg yang tidak ada amalgam dikembalikan untuk digunakan kembali. Hg ini masih mengandung emas dan perak yang dapat dimurnikan dengan proses sianidasi.
Amalgam yang terbentuk selanjutnya dilakukan proses penyulingan. Proses penyulingan ini bertujuan memisahkan emas, perak atau logam-logam lain dari raksa. Raksa yang bersifat volatil dengan titik didih 37 °C sedangkan amalgam memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni sekitar 1000 °C. Melalui penyulingan ini raksa dapat diperoleh kembali setelah mengalami pengembunan pada kondensor. Residu yang diperoleh dari penyulingan masih mengadung emas yang dapat dimurnikan dengan proses elektrolisis.

DAMPAK TAILING TERHADAP EKOSISTEM LAUT.
Pembuangan tailing akan selalu mengandung resiko yang besar bagi lingkungan, pembuangan didaratpun bila tempatnya tidak tepat dan aman, senyawa kimia/logam berat berbahaya yang dikandungnya bisa menjalar dan berproses sejauh 10 – 20 mil, bahkan bisa terbawa hingga kelaut, apalagi dibuang secara langsung kelaut tentunya logam berat berbahaya ini akan terurai lebih bebas. Ada beberapa dampak negatif yang sangat besar bila tailing di buang kelaut, antara lain.
Pertama, pembuangan tailing kelaut dapat mengakibatkan penurunan kwalitas air laut, meningkatnya kekeruhan dapat menyebabkan gangguan pada biodata laut dan menghambat penetrasi cahaya matahari kebawah perairan laut. Biota bentik (benthos) yang habitanya berada di dasar perairan akan terkubur dan mengakibatkan kematian masal, peningkatan kekeruhan dan padat tersuspensi akan menyebabkan tertutup / hilangnya organ makanan benthos. Ikan-ikan, kerang dan hewan laut lainya yang selama ini mengkonsumsi benthos (makanan utama ) akan mati atau bermigrasi ke zona yang aman, dari hal ini jelas akan menurunkan produksi perikanan, habitat penting seperti terumbu karang  dan hewan-hewan karang dan ini menyebabkan pemusnahan habitat seperti yang saat ini sudah terjadi di Teluk Buyat Manado Sulut. Terhambatnya penetrasi cahaya matahari juga sangat mempengaruhi keberlanjutan ekosistem bawah laut, dan sangat mengganggu keseimbangan bagi proses kimiawi dan biologis perairan, untuk terjadinya proses fotosintesa sangat membutuhkan cahaya matahari yang cukup, bila proses fotosintesa terganggu produktufitas fitoplangton akan berkurang dan ini akan menyebabkan menurunnya oksigen yang larut dalam air laut, oksigen sangat dibutuhkan oleh biota air.
Kedua, pencemaran air laut akibat terkontaminasi bahan pencemaran logam berat berbahaya yang terkandung dalam praksi tailing, seperti telah dipaparkan pada bagian lain dari tulisan ini, bahwa tailing mengandung beberapa zat kimia seperti cianida, arsenik, kadmium, klorida, mercury, selenium dan lain-lain, baik itu yang berasal dari batuan alami maupun asupan dari luar pada proses pengolahan, pencucian dan pemisahan mineral berharga (emas,tembaga dan perak) dari bahan tambang. Cairan dan Lumpur tailing yang sangat asam memiliki nilai PH antara 2 – 3, pada kondisi perairan dan limbah ber PH rendah berbagai senyawa kimia  berbahaya sangat mudah larut dan terurai dalam air, dan bila ini terjadi akan sangat berbahaya bagi biodata laut dan manusia penguna air laut tersebu, rendahnya nilai PH akan meningkatkan daya racun berbagai zat kimia dan senyawa toksit diperairan. zat-zat kimia beracun seperti cianida, arsen, merkuri, kadmium akan sangat berbahaya bagi habitat pesisir, cianida dalam jumlah yang kecilpun dapat mematikan ikan bila terkontaminasi air sungai, arsen logam berat beracun ini juga jauh mengerikan karena mampu mencabut nyawa manusia, mercury dapat menyerang otak, ginjal hati dan system saraf pada manusia, kadmium adalah senyawa beracun bagi manusia dan bisa menyerang ginjal dan pelunakan tulang belakang.  Senyawa kimia beracun ini akan sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh organisme laut, akan mematikan ikan, kerang dan bila tidak mati logam berat beracun ini akan terurai dan terakumulasi dalam tubuh biota laut, bila ini dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan petaka berupa penyakit atau bisa menyebabkan kematian, hal ini pernah menggegerkan jepang, seperti yang pernah terjadi di Minamata pada tahun 1950-an. Daerah yang paling tinggi potensi bahayanya bagi biota laut ada pada radius 50 meter dari lokasi pembuangan tailing.
Ketiga, pembuangan tailing kedasar laut akan mengakibatkan pendangkalan dasar laut, melihat volumenya yang sangat besar maka laut yang menampung tailing ini berpotensi besar akan menjadi dangkal, dampak lanjutan dari pendangkalan ini akan menaikan permukaan air laut. Selama ini issu tentang akan naiknya permukaan air laut yang disebabkan oleh pemanasan global dan melelehnya es dikutup utara sudah ramai dibicarakan, dan kini nampaknya tailing yang dibuang didasar-lautpun ikut andil dalam mempercepat proses naiknya permukaan air tersebut, dampak lanjutan dari hal ini jelas akan mengancam perkampungan nelayan dan kota-kota dipinggir pantai serta akan menenggelamkan pulau-pulau kecil yang rendah.
Logam berat yang berasal dari limbah tailing perusahaan tambang serta limbah penambang tradisional merupakan sebagian besar sumber limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang mencemari lingkungan.
Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi di mana merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu diawasi agar penanggulangannya dapat dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah yang dihasilkan akibat pengolahan dan pemurnian emas.
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Limbah tailing merupakan produk samping, reagen sisa, serta hasil pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan. Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung mineral inert (tidak aktif). Mineral tersebut antara lain: kwarsa, kalsit dan berbagai jenis aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Sianida (CN) dan lainnya. Sebagian logam-logam yang berada dalam tailing adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Misalnya, Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini bila bercampur dengan enzime di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzime untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifatnya beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap oleh manusia, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri di antaranya kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.
Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan upaya pendekatan melalui penanganan tailing atau limbah B3 yang berwawasan lingkungan dan sekaligus peningkatan efisiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan (recovery) logam emas.
ALTERNATIF SOLUSI
Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam bentuk.
pertama, remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg.
Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi
Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.
SOLUSI YANG TRAKHIR
Limbah yang tidak digunakan akan kembali ke alam dalam bentuk butiran halus dan di buang ke dasar laut hal itu tentu merusak keseimbangan biota laut. Untuk itu perlu penanganan yang tepat dan optimal, saya merekomendasikan agar limbah penambangan digunakan untuk bahan bangunan seperti pengolahan jalan raya, papin blok dan lain-lain yang berkaitan dengan bangunan.








DAFTAR PUSTAKA
Marpaung, M.S. 2009. WARTA (Mineral, batu bara dan panas bumi) RPP Reklamasi dan Pascatambang, Direktorat Jendral Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi: Jakarta. (email: wartamb@djmbp.esdm.go.id )
Darmono. 2001. Lingkungan Hiudp dan Pencemarannya (Hubungan Senyawa dan Toksiologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia: Bogor.
Soegimo, Dibyo. Ruswanto. 2009. Geografi untuk SMA/MA X1. CV Mafi Caraka: Jakarta
Suryono, Priyo Widodo. 2012. Analisis Pengaruh Water Pressure Terhadap Kestabilan Lereng Jenjang Di Southeast Wall Phase 6 Area Penambangan Bijih Tembaga Batu Hijau   Pt. Newmont Nusa Tenggara,  Kab. Sumbawa Barat. 20.13 WITA. Email : Suyonohs@yahoo.com
Moe’tamar, Ernowo. 2011. Penyelidikan Logam Emas Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusatenggara Barat. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi. 20.23 WITA. Email: -
Taufik Hery Purwanto, Rangga Paraditya. 2012. Pemanfaatan Citra Landsat 7 Etm+ Untuk Pemetaan Potensi Mineralisasi Emas Di Kawasan Gunung Dodo, Kabupaten Sumbawa, NTB. 20.56.Rangga.Paraditya89@Gmail.Com & taufik_hp@yahoo.com




1 komentar:

  1. The Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
    Find the cheapest and quickest way 속초 출장안마 to get 사설토토 from The Borgata Hotel Casino & Spa to Borgata Hotel Casino & 양산 출장샵 Spa 제주도 출장안마 costs only $10, and the quickest way takes 대구광역 출장마사지 just 7 mins.

    BalasHapus