TUGAS
MATA KULYAH
PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN SAISNS SD
DOSEN
PENGAMPU: SYAHRUDDIN AMIN, M.Pd
OLEH
SITI
NURJANNAH
12110167
V/D
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH
TINGGI ILMU PENDIDIKAN HAMZANWADI SELONG
TAHUN
2014/2015
TERBENTUKNYA BAHAN
TAMBANG SECARA GEOLOGIS
DI SUMBAWA
A.
GAMBARAN
UMUM
Kerak
bumi terbagi menjadi lempeng-lempeng tektonik yang besar dan kecil. Di beberapa
tempat, lempeng-lempeng tersebut bergerak saling menjauh dan di beberapa tempat
lain bergerak saling mendekat dan bertabrakan.
Di daerah yang lempengnya
saling menjauh akan menimbulkan bahan lelehan dari dalam bumi melalui
retakan-retakan, kemudian mendingin dan membentuk batuan basalt. Berpisahnya
lempeng-lempeng bumi ini terjadi jauh di bawah laut, batuan basalt yang timbul
kemudian membentuk punggungan tengah samudra. Semakin banyak lelehan yang
membentuk basalt, lempeng-lempeng tektonik semakin jauh terpisah, hal ini
menyebabkan melebarnya dasar samudra.
Diantara
benua Australia dan Antartika terdapat punggungan tengah samudra. Punggungan
ini melebar sebesar 6 – 7,5 cm pertahun. Pelebaran dasar samudra ini mendorong
lempeng india-Australia ke arah utara sehingga bertabrakan dengan lempeng
Eurasia. Peristiwa ini dimulai sekitar 25 juta tahun yang lalu dan terus
berlanjut hingga sekarang.
Lempeng
India-Australia menunjam kebawah lempeng Eurasia membentuk pegunungan himalaya,
busur gunung api di indonesia, parit Sunda dan Jawa, serta dataran tinggi Papua
Nugini. Australia bagian utara condong ke arah bawah sehingga membentuk teluk Carpentaria,
laut Timor, serta laut arafuru.
Pegunungan
dibentuk oleh lempeng tektonik. Rantai pegunungan besar dapat mempengaruhi
sirkulasi udara rentang gunung yang dibentuk oleh lempeng tektonik.
Ketika pinggiran lempeng
India-australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia, lempeng tesebut menunjam
jauh ke dalam bumi di bawah indonesia. Suhu yang sangat tinggi telah
meledakan pinggiran lempeng sehingga menghasilkan magma. Di banyak tempat
magma ini kemudian muncul melalui retakan di permukaan bumi dan membetuk
gunung-gunung api. Busur gunung api di indonesia terbentuk dengan cara
tersebut. Gempa bumi sering terjadi pada kawasan ini karena lempeng samudra
mengeluarkan tekanan saat menunjam ke bawah lempeng benua. Gunung api yang
terbentuk akibat proses itu di sebut gunung api andesit. Gunung api andesit
bersifat mudah meletus secara tak terduga.
Beberapa gunung api di
indonesia yang sangat berbahaya letusannya adalah gunung Tambora di pulau
Sumbawa yang meletus tahun 1815, gunung Krakatau yang meletustahun 1883, gunung
Kelud yang meletus tahun 1919, gunung Merapi yang meletus tahun 1930, gunung
Agung yang meletus tahun 1962 dan 1963, serta gunung Galunggung yang meletus
tahun 1982.
Secara geologis Indonesia ada pada pertemuan tiga lempeng
bumi yaitu Eurasia, Samudera Pasifik dan dan Indo-Australia. Ketiga lempeng
itu bergerak aktif, kecepatan dan arah berbeda dalam kisaran beberapa
cm sampai 12 cm per tahun. Pergerakan ini menimbulkan pergeseran lempeng tektonik pada batas lempeng yang
berada di selatan Pulau Jawa sampai selatan Bali dan NTT. Daerah yang
berada di sepanjang
pantai selatan pulau
jawa sampai selatan
Bali dan NTT
rawan dan beresiko
terjadi gelombang tsunami karena
daerah tersebut berada pada
pertemuan lempeng benua, yakni lempeng Eurasia dan indo-australia yang kerap
menimbulkan gempa. Sejalan dengan teori
di atas rentetan bencana
alam khususnya gempa bumi
tektonik terus melanda Kepulauan Nusa Tenggara khususnya
pulau Sumbawa. Tercatat tidak kurang
dari 10 (sepuluh) kali terjadi gempa tektonik di pulau Sumbawa
dengan kekuatan > 5 skala Richter dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal
ini membuat timbulnya lipatan dan patahan yang membuat bumi tidak merata.
Pergerakan
yang berasal dari tenaga endogen ini mengakibatkan sebuah siklus batuan dalam
peroses pergeseran lempeng. Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di
bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Sikklus batuan tersebut terjadi
dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis. Dengan pergerakan lempeng
tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala-gejala
atau kejadian-kejadian alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan
tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas
pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).
1.
Batas Transform.
Terjadi bila dua lempeng
tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu
bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun
saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk
(transform fault).
2.
Batas Divergen.
Terjadi pada dua lempeng
tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika
sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk
batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar
laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini
menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat
adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang
Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh
divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang
Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
3.
Batas Konvergen.
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan
(consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling
menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana
suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra
lain disebut dengan zona tunjaman
(subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang
gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic
trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
Dari
ketiga batas lempeng yang mendukung adanya siklus batuan di bumi ini. Setiap
daratan atau negara atau benua di dunia di batasi oleh lempeng yang
berbeda-beda. Dikarenakan sifatnya dinamis dan kekuatan masing -masing lempeng
berbeda-beda, maka terbentuk 3 batas lempeng tektonik Gempa yang terjadi di
akibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Dan apabila dilihat pada daerah
Indonesia yang merupakan daerah ternbanyak yang dilewati oleh titik- titik gempa
yang tersebar di seluruh nusantara. Disebelah barat hingga ke selatan dari
Indonesia dibatasi oleh lempeng tektonik, disebelah utara dibatasi dengan
lempeng yang berbeda, dan dibagian timur dibatasi dengan lempeng yang berbeda
pula. Jadi Indonesia dibatasi oleh 3 lempeng mayor dunia yang berbeda. Maka
dari itu Indonesia memiliki titik gempa yang tersebar hampir diseluruh
nusantara. Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah
konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng
Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus,
yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan Lempeng Indo-Australia dan
Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain
adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di
sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah
Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat
gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi,
timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan.
Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia,
yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang
pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
Indonesia
terletak pada jalur gunungapi tersebut dan merupakan negara dengan jumlah
gunungapi terbanyak. Pola penyebaran gunungapi menunjukkan jalur yang hampir
mirip dengan pola penyebaran fokus gempa dan tipe aktivitas kegunungapiannya
tergantung pada batas lempengnya. Hubungan ini menunjukkan bahwa volkanisma merupakan
salah satu produk penting sistem tektonik.
Akibatnya
berbagai gejala alam di Indonesia sering terjadi. Salah satunya banyak di
jumpai gunung api di bagian selatan Indonesia yang merupakan buah karya dari
pergerakan lempeng Indo-Australian dengan lempeng Eurasian. Jumlah gunung api
di Indonesia 177 gunung api, Sert gunung api juga di temui di daerah sebagain
dari pulau halmahera dan sebagian dari pulau sulawesi yang merupakan tempat
pertemuan lempeng pasifik dengan lempeng eurasian.
Dari segi ilmu kebumian,
Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat menarik. Kepentingannya
terletak pada rupa buminya, jenis dan sebaran endapan mineral serta energi yang
terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan ketektonikaannya. Oleh sebab
itulah, berbagai anggitan (konsep) geologi mulai berkembang di sini, atau
mendapatkan tempat untuk mengujinya (Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).
Meskipun Indonesia hanya
meliputi sekitar 4 % dari luas daratan di Bumi, tidak ada satu negeri pun
selain Indonesia yang mempunyai begitu banyak mamalia, 1/8 dari jumlah yang
terdapat di dunia). Bayangkan, satu dari enam burung, amfibia, dan reptilia
dunia terdapat di Indonesia; satu dari sepuluh tumbuhan dunia terdapat di
Indonesia (Kartawinata dan Whitten, 1991). Indonesia juga memiliki
keanekaragaman ekosistem yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara
tropika lainnya. Sejarah geologi dan geomorfologinya yang beranekaragam, dan
kisaran ikim dan ketinggiannya telah mengakibatkan terbentuknya banyak jenis
hutan daratan dan juga hutan rawa, sabana, hutan bakau dan vegetasi pantai
lainnya, gletsyer, danau-danau yang dalam dan dangkal, dan lain-lain.
Salah satu jalur timah
terkaya di dunia menjulur sampai di Nusantara, daerahnya mempunyai akumulasi
minyak dan gasbumi yang tergolong besar. Meskipun berumur muda, batubara
Indonesia yang jumlahnya cukup besar dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Tak kalah pentingnya adalah endapan nikel dan kromit yang terbawa
oleh tesingkapnya kerak Lautan Pasifik di beberapa wilayah di Indonesia Timur.
Bagian tertentu Indonesia
sangat baik untuk dihuni. Ini tidak hanya berlaku saat ini yang memungkinkan
orang dapat bercocok tanam dan memperoleh hasil yang baik karena tanah subur
dan air yang berlimpah, tetapi juga pada masa lampau, sebagaimana terbukti
dengan temuan fosil manusia purba di beberapa tempat di Indonesia. Maka,
Indonesia penting dalam dunia paleoantropologi sebagai salah satu pusat buaian
peradaban manusia di dunia. Semua kepentingan dan keunikan geologi Indonesia
ini timbul karena latar belakang perkembangan tektonik wilayah Nusantara. Di
sinilah wilayah tempat saling bertemunya tiga lempeng besar dunia : Eurasia -
Hindia-Australia - Pasifik yang menghasilkan deretan busur kepulauan dan
jajaran gunung api, tanah yang subur, pemineralan yang kaya dan khas,
pengendapan sumber energi yang melimpah, dan rupabumi yang menakjubkan
(Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).
Dimana mamfaat dari lempeng ini sebagai penyebaran mineral ekonomis
di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan, penyebaran
mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia yang rumit.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha penelusuran keberadaan mineral
ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral
bahan galian dan energi yang mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang
termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan
aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat, mika,
belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral bahan baku dan bahan
penolong dalam industri, misalnya felspar, ziolit, diatomea. Mineral energi
adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya. Belakangan panas bumi
dan uranium juga masuk dalam golongan ini walaupun cara pembentukannya berbeda.
(Sudradjat, 1999)
a.
Kondisi Geologi
Kondisi geologi wilayah NTB
dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter,
didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (resent). di Pulau Sumbawa
terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit,
tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung
tufaan. di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik
(konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangiang,
gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan
pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa.
Secara
geologi Kabupaten Sumbawa sebagaimana
sebagian wilayah Indonesia terletak dalam sabuk gunung api
(ring of fire). Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia,
Kabupaten Sumbawa tempat pertemuan
2 lempeng aktif dunia
yaitu Lempeng Indo-Australia (bagian
selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian
utara). Kondisi geologis
tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya
akan deposit sumberdaya
mineral sekaligus rawan
terhadap bencana alam.
Sumberdaya mineral
potensial berupa emas
(180 ribu m3),
tembaga (1,575 juta m3), lempung/tanah
liat (5,9 juta m3), batu gamping
(274,29 juta m3) dan marmer (43,06
juta m3), pasir besi (304,5
m3), sirtu (793
ribu m3) dan batu bangunan (269,22
juta m3). Potensi energi panas bumi
juga terdapat di Kecamatan
Maronge dengan potensi
6 Mwe untuk pemanfaatan
langsung. Potensi angin juga
cukup memadai untuk
pembangkit listrik skala
kecil terutama pada 6
kecamatan yakni Alas
Barat (376,177 watt), Labuhan
Badas (612,541 watt), Labangka
(525,177 watt), Empang
(376,177 watt), Plampang
(313,621 watt) dan Lape
(258,415 watt). Demikian pula potensi sumberdaya air, disamping digunakan
sebagai air irigasi
juga dapat digunakan
untuk Pembangkit Listrik Mikro
Hidro yang terdapat
di 16 lokasi
potensial dengan potensi energi
3.082 Kwatt.
b.
Potensi Sumber Daya
Mineral dan Energi
Sebagai hasil proses
geologi yang terus berlanjut di berbagai lokasi di Kabupaten Sumbawa, telah
dihasilkan berbagai jenis bahan galian, diantaranya: emas, perak, tembaga,
tima, seng, pasir besi, gypsum, fosfat, krisopras, batu silika, kalsedon,
oniks, kaolin dengan persediaan yang cukup banyak, namun masih dalam proses
pendataan(data dari pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa).
Dari hasil penyelidikan
pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah ditemukan
berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam
besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan
endapan hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan
bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini
hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe
porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa Sekongkang Kecamatan
Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap
eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah
diketahui jumlah cadangan yang potensial.
PENGELOLAAN
DAN DAMPAK BAHAN TAMBANG
Tailing merupakan limbah yang dihasilkan dari
proses penggerusan batuan tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk
diambil mineral berharganya. Setiap kegiatan pertambangan pasti menghasilkan tailing.
Hal ini tidak dapat dihindari karena mineral berharga yang terkandung dalam
batuan sangatlah kecil. Misalnya, dalam penambangan emas secara bawah tanah di
Jawa Barat, 1 ton batuan hanya mengandung 9 gram emas (Antam, 2006). Itu
artinya, seperti sebuah kelereng dalam stadion bola, kecil tapi berharga. PT
Newmont Nusa Tenggara
yang selanjutnya disebut PT NNT melakukan maintenance yang
modern dalam melakukan kegiatan pertambangan emas dan tembaganya di Batu Hijau,
Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. PT NNT menggunakan metode submarine
tailing placement technique atau pembuangan tailing ke dasar laut di
Samudra Hindia atau tepatnya ke parit dasar laut Senunu untuk menghindari
pencemaran lingkungan yang berat jika ditempatkan di darat.
PT NNT
menggunakan metode submarine tailing placement technique dengan mendasarkan
analisisnya terhadap dampak lingkungan yang terjadi akibat aktivitas
pertambangannya. Kegiatan pertambangan di era modern seperti sekarang mengubah
paradigma yang hanya berorientasi pada pilar keuntungan ekonomi menjadi tiga
pilar, yaitu orientasi ekonomi, kesejahteraan sosial, dan perlindungan
lingkungan. Perlindungan lingkungan menjadi isu utama yang membuat dilema
perusahaan tambang di Indonesia. Namun, PT NNT dapat menunjukkan komitmennya dalam
hal konservasi lingkungan sekitar tambang. Hal ini dapat didasarkan pada dua
hal berikut.
1.
Mekanisme
pemurnian menggunakan physics method/proses fisika
PT NNT
melakukan proses konsentrasi dan flotasi sehingga sama sekali tidak menggunakan
aditif bahan kimia yang beracun dan berbahaya. Proses ini dilakukan tidak
seperti proses pemisahan mineral emas dan tembaga pada unit konsentrator
menggunakan sianida, arsen, ataupun merkuri sebagaimana yang lazim digunakan
pada pemurnian logam emas secara kimia. Sianida dapat menyebabkan kematian
langsung bila masuk ke dalam tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya, sedangkan
arsen dan merkuri merupakan unsur toksik yang dapat mengendap dalam jangka
waktu lama dan menyebabkan kematian di kemudian hari. Oleh karena itu, dilihat
dari proses pengolahan bijihnya, penggunaan bahan kimia berbahaya dapat
diminimalisir.
2.
Limbah
tailing dibenamkan ke parit dasar laut Senunu
Limbah tailing yang
berupa slurry atau lumpur dengan komposisi material padat berbutir halus
dan air laut dibuang ke parit laut Senunu berjarak 3,2 km dari garis pantai
dengan kedalaman 112 meter. Pada kedalaman ini, lumpur tailing tidak
akan bisa naik ke permukaan karena pada kedalaman 100 meter merupakan lapisan
termoklin, di mana suhu air laut akan turun secara drastis yang memiliki
tekanan berbeda ditambah dengan massa jenis lumpur sebesar 1,3 – 2,6 gr/cc yang
lebih besar dari air laut sebesar 1,43 – 2,30 gr/cc. Hal ini menyebabkan lumpur
slurry akan terus-menerus mengandap di dasar laut Senunu, menyatu dengan
sedimen laut lainnya yang berupa lumpur lanau lempungan. Oleh karena itu,
pencemaran air laut di selatan Sumbawa Barat sepenuhnya dapat dihindari karena
kontaminasi lumpur slurry tidak terjadi di permukaan.
Kegiatan pertambangan
didasarkan pada jumlah kandungan mineral berharga dan lokasi yang mendukung
untuk proses pemurnian dan juga penempatan limbahnya. Hal ini berbanding
terbalik dengan lokasi tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat yang dikelola oleh PT
Newmont Nusa Tenggara.
Penambangan tembaga dan emas oleh PT NNT termasuk berkadar rendah (low grade).
Setiap 1 ton batuan yang diolah, terdapat 5 kg tembaga dan hanya 0,5 kg emas
yang didapat. Oleh sebab itu, PT NNT menerapkan teknologi tinggi dan
peralatan yang canggih untuk mengolah batuan dengan mineral berharga berkadar
rendah ini. Sedangkan, lokasi penambangannya memiliki morfologi laut yang
memungkinkan untuk pembuangan limbah dengan metode submarine tailing
placement technique, sebuah teknik penempatan tailing unggulan yang
dianggap lebih kecil dampak dan resikonya terhadap lingkungan, dibandingkan
dengan penempatan tailing di darat (Ellis, 1987). Alasan lain dilakukannya
pembuangan tailing di laut dikarenakan potensi gempa di zona Ring of
Fire, sebuah area di bagian selatan Indonesia dan memanjang hingga Samudra
Pasifik dengan pergerakan lempeng subduksi yang besar. Bila terjadi gempa bumi,
tailing yang dibuang ke danau buatan di darat dengan luas sekitar 2.310
hektar akan meratakan pemukiman penduduk. Hal ini terjadi bila PT
NNT memilih membuang
limbah tailing di darat daripada di laut.
Wilayah Indonesia dengan kekayaan
bahan tambangnya di darat dan laut tidak akan berdaya guna bila tidak diolah.
Triliunan ton mineral berharga di dalam perut bumi nusantara yang dapat
menyejahterakan manusia di atasnya perlu dimaksimalkan dengan regulasi dan
pengawasan yang jelas oleh pemerintah. Metode pembuangan limbah tailing
memang selalu berdampak pada lingkungan sekitar, namun bukannya tidak bisa
dihindari. Metode submarine tailing placement technique adalah salah
satu rekayasa teknologi pertambangan yang paling efektif untuk menghindari
pencemaran lingkungan akibat proses pengolahan bahan tambang. Metode yang sama
dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara dengan orientasi perlindungan
lingkungan. Cara ini seharusnya dapat dilakukan oleh seluruh perusahaan tambang
milik negara maupun swasta. Oleh karena itu, bentuk tanggung jawab yang sangat
relevan bagi perusahaan tambang di Indonesia adalah dapat melakukan proses
pengolahan tambang dengan environment minimum risk sehingga tidak
merampas hak untuk hidup bagi makhluk hidup di sekitarnya.
PENAMBANGAN EMAS
Emas yang diperoleh dari alam biasanya dalam dua bentuk
yaitu emas yang berupa butiran-butiran halus yang biasanya diperoleh dengan
cara pendulangan dan emas yang diperoleh dari batuan-batuan yang mengandung
emas yang disebut bijih emas. Untuk memperoleh bijih emas
diperlukan alat-alat berat untuk menghancurkan batu tersebut karena umumnya
sangat keras. Selain menggunakan peralatan berat sering pula dilakukan dengan
cara peledakan menggunakan bom untuk menghancurkan batuan yang mengandung emas.
Setalah batuan ini dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan
bijih emas menggunakan truk, namun sebagian perusahaan menggunakan rangkaian
berjalan menyerupai rel kereta api dan kabel ban. Kabel ban merupakan alat
pengangkutan yang menyerupai kereta gantung, biasanya melintasi jurang yang
curam menuju bagian yang lebih rendah. Salah satu peralatan yang digunakan
untuk mengebor dinding tambang untuk mencari bijih emas Tambang emas yang
diolah oleh perusahaan baik perusahaan asing maupun perusahaan dalam negeri
merupakan emas yang diperoleh dari batuan emas atau bijih emas. Batuan yang
berkualitas tinggi adalah batuan yang mengandung sekitar 30 gram emas untuk
setiap ton batuan emas, namun biasanya batuan yang ditambang sekurang-kurangnya
mengandung kadar emas di atas 8 gram per ton bijih emas.
Untuk emas yang diperoleh dengan cara pendulangan umumnya
ditambang secara liar oleh masyarakat biasanya menggunakan raksa untuk
mengendapkan butiran-butiran halus emas yang dalam air atau yang bersama
lumpur. Emas yang diperoleh dengan cara ini biasanya langsung dijual tanpa
diolah terlebih dahulu
Proses pengolahan emas dari bijihnya umumnya dikenal dua
cara yaitu
1. Cara kimia. Cara kimia terbagi
menjadi 5 bagian utama yaitu pengecilan
ukuran, pinggilingan, amalgamasi,
sianidasi dan pemurnian. Namun untuk emas yang
diperoleh dengan cara pendulangan umumnya langsung masuk pada tahap sianidasi
kemudian dimurnikan. Bijih emas dan bentuk emas yang diperoleh dengan cara
pendulangan dapat dilihat pada Gambar.
Gambar Bijih emas dan butiran
emas yang diperoleh dengan cara pendulangan
2. Cara mekanik. Cara ini dilakukan
tanpa bahan kimia. Hal ini disebabkan emas yang diperoleh telah dalam keadaan
murni dengan butiran yang besar. Misalnya dengan sedikit pemanasan pada suhu
rendah untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang berupa akar-akar kayu atau
cukup dicuci menggunakan aquades untuk membersihkan pasir atau tanah-tanah yang
masih menempel pada emas.
PENGOLAHAN BIJIH EMAS SECARA KIMIA
Bijih emas yang diperoleh berupa batuan yang sangat besar
sehingga perlu dilakukan pengecilan. Setelah bijih emas dikecilkan dilanjutkan
pada tahap penggilingan. Pada
tahap ini biasanya dilakukan dengan sebuah alat yang disebut ballmill. Ballmill merupakan suatu
penggiling dengan bola-bola besi dengan ukuran tertentu. bijih emas yang
diperoleh dimasukan kemudian digiling sampai halus sehingga emas terlepas dari
tanah. Setelah emas terlepas dari ikatannya dilanjutkan dengan proses
pengayakan. Proses pengayakan didasarkan pada perbedaan massa jenis. Dimana
emas yang memiliki massa jenis lebih besar dari tanah berada dibagian bawah,
sedangkan tanah berada dibagian atas sehingga dapat dibuang.
Gambar ballmill
Hasil pengayakan ditambah air kemudian dialirkan di atas
lembaran tembaga yang bagian atasnya telah diberi Hg. Aliran air menyebabkan
butiran emas dan perak atau logam-logam lain melekat pada raksa sedangkan air,
tanah dan kotoran-kotoran yang lain terus mengalir. Campuran emas, perak maupun
logam lain ini disebut amalgam.
Amalgam yang terbentuk dikumpulkan pada saat-saat tertentu untuk proses
selanjutnya sedangkan Hg yang tidak ada amalgam dikembalikan untuk digunakan
kembali. Hg ini masih mengandung emas dan perak yang dapat dimurnikan dengan
proses sianidasi.
Amalgam yang terbentuk selanjutnya dilakukan proses penyulingan. Proses penyulingan ini
bertujuan memisahkan emas, perak atau logam-logam lain dari raksa. Raksa yang
bersifat volatil dengan titik didih 37 °C sedangkan amalgam memiliki titik
didih yang sangat tinggi yakni sekitar 1000 °C. Melalui penyulingan ini raksa
dapat diperoleh kembali setelah mengalami pengembunan pada kondensor. Residu
yang diperoleh dari penyulingan masih mengadung emas yang dapat dimurnikan
dengan proses elektrolisis.
DAMPAK TAILING TERHADAP
EKOSISTEM LAUT.
Pembuangan tailing
akan selalu mengandung resiko yang besar bagi lingkungan, pembuangan
didaratpun bila tempatnya tidak tepat dan aman, senyawa kimia/logam berat
berbahaya yang dikandungnya bisa menjalar dan berproses sejauh 10 – 20 mil,
bahkan bisa terbawa hingga kelaut, apalagi dibuang secara langsung kelaut
tentunya logam berat berbahaya ini akan terurai lebih bebas. Ada
beberapa dampak negatif yang sangat besar bila tailing di buang
kelaut, antara lain.
Pertama, pembuangan
tailing kelaut dapat mengakibatkan penurunan kwalitas air
laut, meningkatnya kekeruhan dapat menyebabkan gangguan pada
biodata laut dan menghambat penetrasi cahaya matahari kebawah
perairan laut. Biota bentik (benthos) yang habitanya berada di dasar
perairan akan terkubur dan mengakibatkan kematian masal, peningkatan kekeruhan
dan padat tersuspensi akan menyebabkan tertutup / hilangnya organ makanan
benthos. Ikan-ikan, kerang dan hewan laut lainya yang selama ini mengkonsumsi
benthos (makanan utama ) akan mati atau bermigrasi ke zona yang aman, dari hal
ini jelas akan menurunkan produksi perikanan, habitat penting seperti terumbu
karang dan hewan-hewan karang dan ini menyebabkan pemusnahan habitat
seperti yang saat ini sudah terjadi di Teluk Buyat Manado Sulut. Terhambatnya
penetrasi cahaya matahari juga sangat mempengaruhi keberlanjutan ekosistem
bawah laut, dan sangat mengganggu keseimbangan bagi proses kimiawi dan biologis
perairan, untuk terjadinya proses fotosintesa sangat membutuhkan cahaya
matahari yang cukup, bila proses fotosintesa terganggu produktufitas
fitoplangton akan berkurang dan ini akan menyebabkan menurunnya oksigen yang
larut dalam air laut, oksigen sangat dibutuhkan oleh biota air.
Kedua, pencemaran
air laut akibat terkontaminasi bahan pencemaran logam berat berbahaya
yang terkandung dalam praksi tailing, seperti telah
dipaparkan pada bagian lain dari tulisan ini, bahwa tailing mengandung beberapa
zat kimia seperti cianida, arsenik, kadmium, klorida, mercury, selenium dan
lain-lain, baik itu yang berasal dari batuan alami maupun asupan dari luar pada
proses pengolahan, pencucian dan pemisahan mineral berharga (emas,tembaga dan
perak) dari bahan tambang. Cairan dan Lumpur tailing yang sangat asam
memiliki nilai PH antara 2 – 3, pada kondisi perairan dan limbah ber PH rendah
berbagai senyawa kimia berbahaya sangat mudah larut dan terurai dalam
air, dan bila ini terjadi akan sangat berbahaya bagi biodata laut dan manusia
penguna air laut tersebu, rendahnya nilai PH akan meningkatkan daya racun
berbagai zat kimia dan senyawa toksit diperairan. zat-zat kimia beracun seperti
cianida, arsen, merkuri, kadmium akan sangat berbahaya
bagi habitat pesisir, cianida dalam jumlah yang kecilpun dapat
mematikan ikan bila terkontaminasi air sungai, arsen logam berat
beracun ini juga jauh mengerikan karena mampu mencabut nyawa manusia, mercury
dapat menyerang otak, ginjal hati dan system saraf pada manusia, kadmium
adalah senyawa beracun bagi manusia dan bisa menyerang ginjal dan
pelunakan tulang belakang. Senyawa kimia beracun ini akan sangat
berbahaya bila dikonsumsi oleh organisme laut, akan mematikan ikan, kerang dan
bila tidak mati logam berat beracun ini akan terurai dan terakumulasi dalam
tubuh biota laut, bila ini dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan petaka
berupa penyakit atau bisa menyebabkan kematian, hal ini pernah menggegerkan
jepang, seperti yang pernah terjadi di Minamata pada tahun 1950-an. Daerah yang
paling tinggi potensi bahayanya bagi biota laut ada pada radius 50 meter dari
lokasi pembuangan tailing.
Ketiga,
pembuangan tailing kedasar laut akan mengakibatkan pendangkalan
dasar laut, melihat volumenya yang sangat besar maka laut yang
menampung tailing ini berpotensi besar akan menjadi dangkal, dampak
lanjutan dari pendangkalan ini akan menaikan permukaan air laut.
Selama ini issu tentang akan naiknya permukaan air laut yang disebabkan oleh
pemanasan global dan melelehnya es dikutup utara sudah ramai dibicarakan, dan
kini nampaknya tailing yang dibuang didasar-lautpun ikut andil dalam
mempercepat proses naiknya permukaan air tersebut, dampak lanjutan dari hal ini
jelas akan mengancam perkampungan nelayan dan kota-kota dipinggir pantai serta
akan menenggelamkan pulau-pulau kecil yang rendah.
Logam berat
yang berasal dari limbah tailing perusahaan tambang serta limbah penambang
tradisional merupakan sebagian besar sumber limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun) yang mencemari lingkungan.
Sebagai
contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih
dilakukan dengan proses amalgamasi di mana merkuri (Hg) digunakan sebagai media
untuk mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang berbahaya, maka penyebaran
logam ini perlu diawasi agar penanggulangannya dapat dilakukan sedini mungkin
secara terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu
dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah yang
dihasilkan akibat pengolahan dan pemurnian emas.
Sedangkan pertambangan
skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang selalu
mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya
lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah
konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian
dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil
kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan
setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung
mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada
saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam
tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Limbah tailing
merupakan produk samping, reagen sisa, serta hasil pengolahan pertambangan yang
tidak diperlukan. Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung mineral
inert (tidak aktif). Mineral tersebut antara lain: kwarsa, kalsit dan berbagai
jenis aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau
lebih bahan berbahaya beracun seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb),
Merkuri (Hg), Sianida (CN) dan lainnya. Sebagian logam-logam yang berada dalam
tailing adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Misalnya,
Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini bila
bercampur dengan enzime di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan
enzime untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting.
Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan
kulit. Karena sifatnya beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat
berbahaya jika terhisap oleh manusia, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil.
Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang
terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya
penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri di antaranya kerusakan rambut
dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.
Untuk
mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan upaya pendekatan melalui
penanganan tailing atau limbah B3 yang berwawasan lingkungan dan sekaligus
peningkatan efisiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan (recovery)
logam emas.
ALTERNATIF SOLUSI
Pencegahan
pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Dalam bentuk.
pertama,
remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ
(atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di
lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian
tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di
daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya, tanah
tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan
ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar dari bak
yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site
ini jauh lebih mahal dan rumit.
Kedua,
bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).
Ketiga,
penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar
dapat mengurangi pencemaran Hg.
Keempat,
perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam
menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum
dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya
terhadap lingkungan. Kajian ini harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan
baik dan terus-menerus implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan
administrasi
Kelima,
penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu
dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko
kesehatan masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.
SOLUSI YANG TRAKHIR
Limbah yang tidak digunakan akan
kembali ke alam dalam bentuk butiran halus dan di buang ke dasar laut hal itu
tentu merusak keseimbangan biota laut. Untuk itu perlu penanganan yang tepat
dan optimal, saya merekomendasikan agar limbah penambangan digunakan untuk
bahan bangunan seperti pengolahan jalan raya, papin blok dan lain-lain yang
berkaitan dengan bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Marpaung,
M.S. 2009. WARTA (Mineral, batu bara dan panas bumi) RPP Reklamasi dan
Pascatambang, Direktorat Jendral Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi: Jakarta.
(email: wartamb@djmbp.esdm.go.id
)
Darmono.
2001. Lingkungan Hiudp dan Pencemarannya (Hubungan Senyawa dan Toksiologi
Senyawa Logam. Universitas Indonesia: Bogor.
Soegimo,
Dibyo. Ruswanto. 2009. Geografi untuk SMA/MA X1. CV Mafi Caraka: Jakarta
Suryono,
Priyo Widodo. 2012. Analisis Pengaruh Water Pressure Terhadap Kestabilan Lereng
Jenjang Di Southeast Wall Phase 6 Area Penambangan Bijih Tembaga Batu
Hijau Pt. Newmont Nusa Tenggara, Kab. Sumbawa Barat. 20.13 WITA. Email : Suyonohs@yahoo.com
Moe’tamar,
Ernowo. 2011. Penyelidikan Logam Emas Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusatenggara
Barat. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi. 20.23 WITA.
Email: -
Taufik
Hery Purwanto, Rangga Paraditya. 2012. Pemanfaatan Citra Landsat 7 Etm+ Untuk
Pemetaan Potensi Mineralisasi Emas Di Kawasan Gunung Dodo, Kabupaten Sumbawa,
NTB. 20.56.Rangga.Paraditya89@Gmail.Com & taufik_hp@yahoo.com
The Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusFind the cheapest and quickest way 속초 출장안마 to get 사설토토 from The Borgata Hotel Casino & Spa to Borgata Hotel Casino & 양산 출장샵 Spa 제주도 출장안마 costs only $10, and the quickest way takes 대구광역 출장마사지 just 7 mins.